Jumat, 09 Juli 2010

Puncak Samosir

Seperti tikar terbentang pada pesta akbar
Birumu sejauh mata memandang
Ikan-ikan menari, alam raya bersuling
Kilau airmu, ditingkah alammu

Modigliani kagum
Dia bawa ceritanya ke kampung halamannya
Di negeri pizza
Soekarno tersenyum
Di waktu pembuangannya

Sikulit putih dari Eropa datang
Simata sipit berkunjung
Dengan mulut termangu
Terdiam begitu lama,
Kagum …….

Anak-anak gembira
Menyelam kedasarmu nan pensona
Mencari kepingan logam
Yang di lempar dan dilempar lagi para tamu
Bukit sekelilingmu dengan mesra
Berpegang tangan erat mengawalmu

Tapi…
Kontrasmu bisu
Di puncak Samosir
Keindahanmu buat hati pilu
Penghunimu tumbuh bersama gersang
Kekeringan dan kemiskinan
Menjadi teman yang akrab sepanjang musim
Engkau terasing dari dunia manusia
Sendiri bersama alam didalam gelap
Melalui malam bersama bunyi-bunyian sepi
Ditengah pokok kayu tanpa batang dan tanpa daun
Danaumu dipuncak menjadi kekeringan
Keserakahan membuatmu lara
Mereka tebang pohonmu
Tinggallah puing raksasa di puncakmu
Dari sebuah bongkahan retak sepanjang waktu

Anak-anak bermain gembira
Tak peduli tentang masa depan
Tumbuh besar bersama kehampaan
Tak ada mimpi tak ada asa
Dipuncak Samosir
Engkau tinggal lebih tinggi
Tetapi doamu tidak lebih dekat
Kekontrasanmu membuat hati pilu

Samosir, Mei 2004