Jumat, 03 September 2010

Hidup Kristen yang Berbuah (Eksposisi Joh 15 : 1-8)

Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa
dihasilkannya hanya anggur yang asam? (Yes 5 ; 5b)

Pendahuluan
Menghasilkan buah adalah kerinduan Allah kepada kita. Kepada Israel sering sekali Allah mengeluh karena buah yang dihasilkan adalah buah anggur yang asam. Di dalam Yesaya 5 jelas sekali Allah kecewa dengan Israel karena tidak menghasilkan buah yang baik padahal Allah sudah melakukan segala sesuatu yang perlu untuk mendukung pertumbuhannya agar menghasilkan buah anggur yang baik.
Rasul Paulus dalam surat kiriman sering mengharapkan buah dari jemaat yang digembalakannya (Rom 1 ; 13 , Kol 1 ; 10). Dan dalam surat kirimannya ke Jemaat di Filipi salah satu alasan dia untuk hidup ialah agar dia menghasilkan buah. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan … Tetapi jikalau aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah (Fil 1; 21 –22 a). Tuhan Yesus sering berkata dari “dari buahnya kamu akan mengenal mereka” (Mat 7 ; 16,21). Buah adalah bukti dan tanda adanya kehidupan. Setelah kita lahir kemudian kita bertumbuh dan akhirnya harus berbuah. Maka jelas sekali Allah merindukan kita dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen yang dikatakan hidup untuk menghasilkan buah. 

Pohon Anggur
Kebun anggur sudah diusahakan ditanah Kanaan jauh sebelum orang Israel memasuki tanah itu dari pembuangan. Kebun anggur adalah simbol kebanggan dan kesejahteraan bagi orang Ibrani. Allah menjanjikan kepada Israel akan berdiam di Tanah perjanjian, Tanah Kanaan dibawah pokok anggur dengan tenteram dan damai (I Raj 4;25).
Kalau anda seorang Jurusan Pertanian maka kemungkinan anda akan mengenal pohon anggur. Atau barangkali dari buku-buku atau informasi dari mana, kita bisa melihat pohon anggur bukanlah pohon yang kokoh atau kuat dan tinggi. 

 Pohon Anggur dengan Gantungan
Pohon anggur dalam bahasa Latin adalah Vitis Vinifera adalah tanaman yang merambat ditanah, atau memanjat pada tongkat-tongkat penunjang dengan menggunakan sulur-sulur/panjatan (Ensiklopedi Alkitab I Hal 49). Hal ini dilakukan karena setelah pohonnya tumbuh dan agak panjang, kemudian berbuah, pokok anggur tidak akan sanggup menopang berat buah yang ada. Kalau tidak menggunakan penopang maka buah anggur akan menyentuh tanah dan mengakibatkan buah rusak dan membusuk. Dalam Kitab Yehezkiel 15;1-5 dapat kita lihat bahwa kayu pohon anggur tidak terlalu berguna untuk sesuatu. Sedangkan untuk gantungan perkakas pun tidak bisa digunakan karena memang kayunya kecil dan loyo. Pohon anggur setelah panen biasanya hanya dibakar. Yang paling utama dari pohon anggur hanyalah buahnya yang kita kenal manis, segar tampilannya dan menggoda untuk dinikmati.
Secara khusus, Alkitab menulis bahwa pokok anggur melambangkan Israel sebagai bangsa pilihan. Mereka adalah pokok anggur yang dibawa dari Mesir, dan ditanam didaerah tanah pilihan yaitu tanah Kanaan. Allah membuat segala sesuatunya agar tanaman ini subur dan menghasilkan buah yang manis.

Menggali Alkitab
Dalam teknik menggali Alkitab sering sekali saya ungkapkan bahwa : “ Konteks kata adalah kalimat, konteks kalimat adalah paragraph, konteks paragraph adalah perikop, kontek perikop adalah pasal, konteks pasal adalah kitab, dan konteks kitab adalah Alkitab”.
Hal ini tidak boleh kita lepaskan. Perikop ini juga tidak boleh kita ekspos tanpa memperhatikan yang diatas. Pada perikop sebelum (Yoh 14;15-31) dan sesudah (Yoh 15; 16;4b-15) berbicara tentang pekerjaan Roh Kudus. Maka konteks buah dalam perikop ini adalah berbicara mengenai buah Roh Kudus seperti yang dijelaskan dalam Gal 5 ; 22. Hal ini penting dijelaskan agar dalam mengekpos perikop ini tidak lari konteks yang disebutkan diatas. 

Pokok Anggur
Tuhan Yesus mengatakan bahwa “Akulah pokok anggur yang benar, dan Bapakulah pengusahanya” (ayat 1). Ada beberapa hal yang bisa kita lihat dari perkataan ini :
1. Pernyataan Tuhan Yesus “ Akulah”, ini adalah sebuah pernyataan bahwa Yesus adalah sumber dari segala sesuatunya yang dibutuhkan oleh pohon itu untuk hidup dan berbuah. Menyangkut buah yang akan dihasilkan oleh pohon tersebut yang pada pohon dalam konteks manusia berarti buah Roh. Manusia memiliki Roh Kudus dalam dirinya adalah ketika seseorang percaya kepada Yesus (Ef 1;13). Seseorang tidak akan pernah memiliki buah tanpa oknum yang bekerja untuk memberi buah yaitu Roh Kudus, dan manusia tidak akan memiliki Roh kudus tanpa percaya kepadaYesus Kristus. Inilah sebuah urutan dimana untuk menghasilkan buah itu hanya dapat dilakukan jika seseorang memiliki pokok yaitu Yesus Kristus.
2. “Yang benar”; ini adalah pernyataan yang berarti kesejatian atau karakter. Bahwa tanaman anggur juga mempunyai kembaran yang hampir mirip dengan anggur. Tetapi buahnya tidak bisa dinikmati. Seperti padi ada juga tanaman yang mirip dengannya. Kalau bahasa semasa kecil saya di kampung, tanaman yang mirip dengan padi (eme) adalah “simareme-eme”. Tanaman ini bukan padi tetapi secara sekilas tidak ada bedanya dengan padi. Dan juga dia tumbuh bersama tanaman padi. Tetapi setelah berbuah tananam ini menghasilkan buah yang sama sekali tidak mirip dengan padi.
Kesejatian ini perlu diperhatikan karena kalau buah itu tidak lahir dari pokok yang benar, maka pada akhirnya kita akan kecewa ketika tiba musim panen tiba ternyata bukan tanaman yang benar, tetapi yang palsu.
Dalam konteks buah yang dihasilakan oleh Roh kudus, apa yang dinyatakan dalam Gal 5 ; 22, bisa saja dimiliki seseorang tanpa Roh Kudus. Dalam hal ini budaya, lingkungan, kebiasaan, dan motivasi yang lain bisa membuat orang sepertinya lebih “solehah” dari seorang Kristen yang baik. Tetapi itu bukanlah buah yang benar atau yang sejati. Dalam hal ini Tuhan Yesus juga mengingatkan kita, bahwa pohon akan dilihat dari buahnya. Kelak kalau dia bukan dari pokok yang benar akan tersandung dan bisa hilang. Buah tersebut bukanlah buah dari karakter yang akhirnya melahirkan sifat.
3. Pengusaha anggur
Seorang pengusaha adalah orang yang bertanggungjawab dengan usahanya. Memberi pupuk, makanan, menjaga dan memelihara dengan sebaik-baiknya. Dia bisa mengupahkan pekerjaanya sampai saat panen tiba dan mendapatkan hasil dari kebunnya. Hasil panen yang baik tentunya juga di pengaruhi beberapa factor termasuk orang yang bekerja di ladang.
Pengusaha adalah yang bertanggungjawab seutuhnya terhadap kelangsungan usahanya. Tetapi pengusaha juga berkuasa untuk memusnahkan usahanya jika dipandang tidak menguntungkan. Seperti pohon ara, pengusaha juga bisa memotong ranting yang tidak berbuah sesuai dengan kesukaan dan menurut standar dari pengusaha tersebut. Pada musim panen biasanya pengusaha (pemilik) kebun anggur berjaga-jaga bersama keluarganya di pondokan yang sengaja di buat agak tinggi di sudut kebun. 

Ranting yang tidak Berbuah
Pada ayat 2 Yesus berbicara “setiap”. Kata ini adalah ungkapan bahwa setiap umat yang ada didalam ranting, diharapkan untuk berbuah. Yesus mengharapkan benar-benar hasil yang maksimal dari pohon-Nya. Pohon yang tidak berbuah tentunya akan membutuhkan makanan untuk bertumbuh, tetapi jika pada akhirnya walaupun sudah ikut makan dari tanah tetapi tidak berbuah maka sia-sia saja ranting ini tetap ada didalam pohonnya. Maka untuk hasil yang lebih lebat adalah memotong yang tidak berbuah.
Lalu apakah yang dimaksud dipotong (ayat 2) dan dibakar (6) dalam konteks ini? Pohon anggur tetap saja akan dibakar dan musnah setelah menghasilkan buah. Demikian juga ranting yang tidak menghasilkan buah akan tetap dibakar dan dibuang, tetapi sebelum tiba waktu musim panen sudah dipotong dan dibakar.
Apakah ranting yang sudah dicangkokkan (Rom 11;17) di pokok anggur sejati (Israel) ini akan dibakar dalam konteks masuk kedalam neraka? Dalam hal ini jika kita lihat dari sisi Doktrin Keselamatan apakah Keselamatan dapat hilang, dimana ranting yang sudah menyantol itu dibuang lagi dan tidak masuk dalam jenis pohon anggur? Apakah anggur bisa jadi pohon yang mirip anggur. Didalam Yesus sebagai pokok anggur yang benar adalah pokok anggur yang sejati tidak akan dapat berubah lagi jadi pohon yang lain.
Didalam ayat 3 dikatakan bahwa “kamu memang sudah bersih…..”. Ini menyangkut penyucian sekali seumur hidup yang dilakukan oleh Allah. Jadi ini bukan lagi dalam konteks masuk atau tidak masuk kedalam hidup kekal, tetapi menyangkut buah setelah menerima keselamatan.
Dalam hal ini kita dapat dibantu dari penjelasan Paulus dalam 1 Kor 5;5. Orang yang sudah diselamatkan, tidak mungkin lagi hilang keselamatannya. Tetapi jika tidak menghasilkan buah, dan melakuakn hal tercela dengan sengaja, dan mempermalukan Tuhan, bisa diserahkan kepada iblis. Artinya, segala perlindungan, pemeliharaan dan pertolongan Tuhan, sudah dilepaskan dari dia.
Saya akan memberikan penjelasan dalam hal ini. Jika ada mengamati, setelah ibadah Minggu, diakhir acara ada yaitu “Doa berkat”. “Tuhan memberkati dan melindungi engkau. Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau Damai sejahtera”. Dan kita menjawab amen sebanyak tiga kali. Ya, inilah tugas Gembala (Imam), seperti yang dikatakan Tuhan Yesus kepada Petrus dalam Mat 15 ; 18, “apa yang kauikat didunia ini akan terikat disorga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas disorga.
Atau misalnya seseorang kena hukum Gereja karena pelanggaran, ini bukan sekedar dikeluarkan secara administrasi saja, tetapi menyangkut dilepaskannya orang tersebut dari perlindungan Allah yang sungguh tidak ternilai harganya.
Hal inilah yang dikatakan oleh Paulus, “kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis sehingga binasa tubuhnya, agar Rohnya diselamatkan pada hari Tuhan” (1 Kor 5;5). Tubuh kita akan bisa di jamah oleh siiblis jika perlindungan ini dilepaskan. Bandingkan dengan Ayub, bahwa iblis tidak berkuasa menjamah tubuhnya selama dalam perlindungan Allah (Ayub 1;12). Jadi jelas bahwa yang dimaksud dengan dibakar disini adalah bukan kehilangan keselamatan tetapi, dibiarkan untuk tidak berbuah, atau malahan dipotong dan dibakar. Dalam bahasa Paulus “agar binasa tubuhnya”.

Tinggal tetap
Tinggal dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti tetap pada tempatnya atau selalu ada ditempatnya. Ini berarti suatu ketergantungan total pada pokok anggur. Tinggal tetap adalah suatu kontinuitas, yang terus menerus dalam kehidupan mengikut Yesus. Sepotong ranting tidak bisa hidup kalau dia lepas dari pokoknya. Jika ranting lepas maka yang terjadi adalah layu dan selanjutnya mati. Apalagi untuk menghasilkan buah harus tetap tinggal dan menyerap makanan yang banyak.
Tinggallah didalam Aku dan aku didalam kamu berarti menyangkut suatu kesatuan yang utuh, yang tidak dapat dipisahkan. Dalam Wahyu 3;20 juga menyerukan akar kita membuka hati agar Yesus, mendapatkan kita dan diam bersama-sama didalam kita dan kita didalam Yesus.
Maka memang dari sini boleh kita ambil suatu pelajaran agar kita berbuah, lebat dan sehat dibutuhkan suatu ketergantungan yang erat dan kuat pada pokok anggur. Seperti anggur tidak dapat berbuah yang baik tanpa penopang dan panjatan, demikian juga orang percaya tidak dapat berbuah tanpa Yesus. 

Diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa
Sudah dijelaskan bahwa urutan dari berbuah seseorang di awali dari sesorang memiliki Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus mustahil seseorang berbuah dengan benar. Ada yang sepertinya buah tetapi bukanlah buah yang benar, tetapi buah karena faktor dari luar, bukan pembaharuan dari dalam. Perhatikan urutan dalam Doktrin Manusia. Bahwa manusia terdiri dari Roh, jiwa dan tubuh (1 Tes 5 ; 23). Ini tidak boleh dibalik, tetapi suatu urutan yang baku dan Alkitabiah.
Maka untuk pembaharuan seseorang harus dimulai dari Roh seseorang lalu ke jiwanya dan kemudian tubuhnya. Tetapi persoalannya adalah bagaimana seseorang memiliki Roh yang baru yaitu Roh Kudus jika tidak menerima Yesus Kristus? Tidak ada orang yang mampu memberikan Roh Kudus pada seseorang. Maka memang perubahan itu harus ada dan berdasar dari Yesus Kristus. Jika perubahan seseorang dari luar, sebenarnya akan menyiksa diri sendiri dan perubahan itu tidak tetap.
Dari kebun anggur yang dijelaskan di awal, bahwa Allah memberikan segala sesuatu untuk pertumbuhan pokok anggur yaitu Israel, demikian juga orang percaya ditopang oleh pokok anggur yaitu Yesus Kristus. Buah yang kita hasilkan tergantung sebagaimana kira bergantung kepada pokok anggur. Hal yang sebaliknya yang kita lihat adalah jika seseorang tidak berbuah atau berbuah sedikit berarti atau bahkan menghasilkan buah yang masam maka ketergantungan kepada Allah sungguh tidak baik.
Sekarang bagi kita setelah mengenal Allah atau seperti kata Paulus, “setelah kita dikenal”, dalam arti nama kita tercatat dalam buku kehidupan, buah apakah yang kita hasilkan? Adakah ketika musim panen tiba pengusaha datang kekebun miliknya untuk memanen hasilnya didapatiNya buah yang manis dari kehidupan kita? Akankah kelak pengusahanya akan tersenyum melihat hasil panennya? 

Jaminan jawaban Doa
Ayat 7 sering diajarkan sebagai jaminan atas jawaban doa dengan mengklaim bahwa mintalah apa saja, kamu akan menerimanya. Tetapi saya mau menjelaskan bahwa ini memang jaminan atas jawaban doa, tetapi konteksnya bukan pada jawaban doa secara umum. Perikop ini berbicara mengenai “buah”. Maka jaminan jawaban atas doa pada konteks ini tidak boleh lari dari permohonan atas buah dari diri kita.
Hal ini bisa kita lihat dalam teknik menggali Alkitab kita mengenal “Konteks perikop”, “hubungan antar ayat”, dan juga “Hubungan antar perikop”. Maka seperti yang dikatakan sebelumnya konteks perikop ini menyangkut “buah yaitu pekerjaan Roh Kudus” . Kalau melihat kembali hubungan antar ayat maka kita mendapati bahwa diayat 8 dikatakan bahwa “Dalam hal inilah Bapaku dipermuliakan yaitu jika kamu berbuah banyak”. Jadi menurut pemahaman saya bahwa ayat 7 tidak boleh ditafsirkan menjadi jaminan jawaban doa secara keseluruhan. Tetapi didalam konteks permohonan agar kita berbuah banyak.
Disini bisa kita lihat suatu sinergisasi antara pekerjaan Allah yang menopang pertumbuhan kita dan kemauan kita untuk berbuah banyak. Allah yang memberikan pertumbuhan, untuk kemuliaanNya dan kerinduan kita untuk berbuah banyak agar semakin indah didalam Tuhan. 

Kesimpulan
Ada beberapa hal yang bisa kita lihat dari perikop ini bahwa Allah mengharapkan buah dari setiap ranting yang ada padanya. Justru kalau tidak berbuah akan dibuang dan dibakar. Dari sini kita melihat bahwa buah akan menunjukkan bahwa kita sudah hidup, bukan lagi mati didalam dosa. Kita tidak akan bisa melihat buah atau perubahan dari orang yang belum hidup.
Dari pohon anggur kita melihat, ranting akan dibakar setelah panen, juga pokoknya. Yang tinggal adalah buah yang kelak selalu dinikmati pengusaha anggur sebagai pemilik kebun. Juga orang yang menikmati buah anggur yang segar hasil kebun pengusaha anggur. Suatu pemahaman bisa kita lihat bahwa kekristenan dituntut hanya menghasilkan buah yang bisa dinikmati orang lain, tak peduli dirinya akan hangus terbakar untuk menghasilkan buah. Seperti garam yang harus hancur untuk bisa menggarami, tak peduli dia harus tidak berwujud garam lagi. Dan juga seperti lilin yang harus meleleh untuk bisa menerangi, tak peduli dia harus hangus untuk menghasilkan terang itu.
Keselamatan kita tidak akan bisa hilang setelah berada “tercangkok” kedalam pokok anggur karena Allah menjaminnya. Tetapi ranting yang dipotong dan dibakar dalam konteks ini adalah agar ranting yang lain lebih banyak berbuah.
Kerinduan Allah bagi kita untuk selalu menghasilkan buah. Dan ada jaminan bahwa jika kita sungguh-sungguh mau berbuah, Allah mau mendengar dan dengan pasti akan memberi apa yang kita doakan. Ini akan menjadi suatu stimulus bagi kita agar kita sungguh-sungguh bergumul untuk diri kita agar setiap hari menghasilkan buah yang baik. Maka buah Roh ; kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri menjadi terpancar dari kehidupan kita setiap hari. Dan jika kita sungguh-sungguh tinggal tetap dan berdoa agar Allah memberikannya kepada kita, tidak mustahil ini akan menjadi sifat yang kemudian menjadi karakter kita sebagai orang yang mengikut Tuhan. Selamat berbuah dan selamat menggumulkan untuk menghasilkan buah.

Poltak marbun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar