Jumat, 03 September 2010

Mengapa Allah menjadi Manusia?

Pendahuluan
Allah menjadi manusia, adalah peristiwa yang secara akal sehat tidak dapat diterima. Bagaimana mungkin Allah yang sesuai dengan pernyataan Daud, “langit segala langitpun tidak akan dapat memuat Engkau”. Tetapi apa yang tidak kita pikirkan, itulah yang terjadi kepada Allah melalui kelahiran Yesus Kristus kedalam Dunia, allah menjadi manusia.
Kelahiran Tuhan Yesus adalah normal sebagai mana manusia biasa, di kandung oleh seorang wanita, perawan Maria selama sembilan bulan, melalui suatu sel kecil dari rahim seorang wanita seperti kebanyakan. Tidak ada yang berbeda dari yang lain selama proses mengandung, seperti kandungan anak kebanyakan. Hanya memang jika kehamilan wanita biasa oleh karena hubungan laki-laki perempuan, maka Yesus dikandung daripada Roh Kudus. Benih Illahi yang ditaruh pada rahim seorang perempuan.
Tujuan manusia diciptakan
Dalam peristiwa penciptaan, Allah menciptakan manusia untuk tujuan yang jelas, yaitu untuk menjadi kemuliaan bagi Allah. Melalui manusia Allah mengharapkan keagungan Allah terpancar dari wajah manusia yang diciptakan serupa dan segambar dengan Allah.
Namun ketika tujuan awal melenceng dari kenyataannya, sesuatu yang asing terjadi pada ciptaan yang paling agung ini. Manusia yang pada awalnya tercipta begitu sempurna sesuai dengan pandangan Allah, “sungguh amat baik”, akhirnya memiliki sesuatu yang lain dalam diri manusia yaitu dosa. Rupa dan gambar Allah pada diri manusia sudah tercoreng-moreng.
Manusia adalah ciptaan Allah paling agung, paling dikasihi dan disayangi. Sebagaimana kita jika memiliki barang berharga, kita tidak akan pernah ingin kehilangannya, demikian juga Allah tidak pernah ingin kehilangan karyanya paling agung, kebanggaannya, puisinya, rupa dan gambarnya sendiri, cerminannya. Inilah awal dari seluruh cara Allah untuk membawa manusia kembali, yaitu cinta kasih, rasa tak ingin kehilangan yang besar terhadap cipataan-Nya paling agung milik-Nya.
Terusir dari Eden
Setelah manusia melanggar aturan Allah untuk tidak memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan benar, Allah menghukum manusia dengan mengusirnya dari taman Eden. Sering sekali kita bertanya “kenapa Allah menciptakan pohon pengetahuan yang baik dan benar dan pohon kehidupan ditengah taman, tetapi tidak boleh dimakan? Apakah Allah sengaja menjebak manusia? Tidak, Allah tidak pernah menjebak manusia, yang ada adalah cinta kasih, dan peringatan agar kelak miliki-Nya ini, tetap jadi milik-Nya.
Sebelum manusia ada ditaman Eden, jauh sebelumnya di bumi sudah ada yang terbuang karena hukuman dari Allah yaitu Lucifer dan pengikutnya, yang memberontak kepada Allah. Aku hendak menyamai yang Mahatinggi (Yes 14 ; 12-15), teriak Lucifer dengan penuh kesombongan. Dia lupa bahwa dia adalah ciptaan Allah. Bagaiamana mungkin ciptaan mau menyamai sang pencipta?
Inilah menjadi awal penciptaan pohon ditengah taman. Manusia yang diciptakan Allah, mau terus teringat bahwa mereka adalah ciptaan. Agar kelak tidak seperti Lucifer yang lupa diri sebagai ciptaan. Allah mau agar manusia selalu ingat, tidak lupa akan hal itu, maka diciptakanlah pohon itu, untuk mengingatkan manusia agar selalu sadar bahwa ia adalah ciptaan yang harus ada aturan. Inilah bukti cinta kasih Allah yang tidak mau kehilangan ciptaan-Nya. Tetapi ternyata manusia dengan godaan Iblis rupanya tidak sadar akan hal ini, manusia melanggar aturan Allah, memakan buah pohon pengetahuan.
Apakah Allah tidak tahu bahwa manusia akan memakan buah pohon pengetahuan ini? Tentu sebagai Allah yang Mahatahu, pastinya Allah tahu. Lalu kenapa Allah tidak mencegah? Inilah rahasia Allah yang besar dalam penciptaan manusia. Manusia diciptakan Allah tidak seperti robot, tetapi mempunyai pikiran, perasaan dan kehendak. Termasuk dalam hal ini kehendak untuk melanggar perintah Allah. Allah mau agar manusia patuh sesuai dengan akal sehatnya, segenap pikirannya, dengan kemauan sendiri mau turut terhadap aturan Allah.
Tetapi memang pada akhirnya manusia gagal dengan aturan itu, memakan buah dari pohon pengetahuan. Setelah itu, kita tahu apa yang terjadi, manusia sudah mati, maka korban pertama untuk menyelamatkan manusia adalah kulit binatang yang dikorbankan menjadi cawat, untuk menutupi rasa malu yang sudah ada pada manusia. Korban kulit binatang ini adalah pendahuluan apa yang akan dilakukan oleh Allah di kayu salib dengan mengorbankan dirinya sendiri.
Allah tidak berhenti dengan itu. Manusia di usir dari taman Eden. Apakah Allah murka? Disini sekali lagi Allah menunjukkan cinta kasih abadi kepada manusia. Ingat, ditaman Eden masih ada pohon kehidupan. Allah mengusir mereka dari taman Eden agar tidak mengulurkan tangannya kepada pohon kehidupan. Lalu ditempatkannyalah beberapa kerub dengan api menyambar-nyambar, agar manusia tidak mengulurkan tangannya ke pohon kehidupan (Kej 3;24)
Perhatikan penjelasan ini, ini sebuah urutan. Ketika manusia memakan buah pohon Allah mengatakan kamu pasti mati. Itulah kenyataanya, ketika manusia memakan buah pohon manusia sudah mati. Kemudian manusia itu di usir dari taman Eden, kenapa? Seandainya manusia memakan buah pohon kehidupan, maka manusia akan hidup selama-lamanya, tetapi hidup didalam kematian. Kalau ini terjadi maka tidak akan mungkin lagi terjadi keselamatan kepada manusia, tetapi hidup kekal didalam kematian atau neraka. Inilah kasih Allah yang selalu punya cara bagaimana agar ciptaanNya itu tidak hilang dari hadapan-Nya selama-lamanya.
Cara penyelamatan Allah
Kalau kita belajar Soteorologi (Doktrin Keselamatan), maka kita secara khusus akan berbicara secara keseluruhan atau tindakan Allah untuk menyelamatkan manusia ciptaanNya. Dimulai di taman Eden sampai kepada puncaknya di Kayu Salib. Ini adalah suatu rangkaian yang seperti benang merah yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Mengapa Allah menjadi manusia adalah karena manusia gagal menangkap maksud Allah didalam seluruh karya penyelamatanNya.
Mulai dari taman Eden, ke zaman Nuh, melalui Abraham, terus kepembuangan di Mesir samapi di bawa kembali ke Kanaan, Tanah perjajian oleh Musa sekaligus allah memberikan Hukum Taurat sebagai patokan, garis, rel agar umatnya diselamatkan. Melalui Hakim-hakim (Simson, Gideon dll). Setelah itu gagal Allah mencoba melalui Raja-Raja (Saul, Samuel, Daud, Salomo, sampai pecahnya kerajaan), berlanjut ke pembuangan ke Babel dan seterusnya ke zaman Nabi-Nabi, yang terakhir adalah Nabi Yesaya. Nabi Yesaya adalah Nabi terakhir yang di pakai Tuhan untuk menyatakan maksudnya sebelum selama 400 tahun Allah terdiam, tidak berbicara apa-apa.
Israel gagal menangkap maksud Allah, bangsa ini ternyata tegar tengkuk, tidak tahu berterimakasih dan selalu memberontak dan melukai hati Tuhan. Tetapi didalam semuanya itu, ternyata Allah tidak pernah berhenti, berpikir, bagaimana cara untuk membawa kembali ciptaanNya yang paling agung ini. Cara yang dahulu gagal, melalui Israel, selalu dipikirkan, kenapa, dimana masalahnya dan apa akibatnya. Allah tak pernah berhenti, tak pernah melupakan, dan tak pernah menyerah. Karena satu hal, memang, Dia akan merasa sakit dan tersiksa jika tidak mengasihi, karena Dia adalah Maha kasih itu. Itulah sebabnya ketika seseorang kembali, rasa kepahlawananNya, sifat KasihNya seolah berhasil, dan Allah melompat kegirangan ketika melihat manusia kembali. Sebagaimana Allah dalam perumpamaan anak yang hilang, tidak menghiraukan harga dirinya ketika anaknya kembali, Allah juga tidak peduli apa yang harus dilakukan asal manusia mau kembali, termasuk salib itu, tidak merasa berat untuk dipikul, demi cinta kasih abadi yang tidak pernah luntur.
Natal : Allah menjadi manusia
Kegagalan Israel sekali lagi tidak membuat Allah kehilangan akal. Allah selalu punya cara demi satu tujuan “CiptaanKu, karyaKu, KekasihKu, harus kembali”. Inilah tujuan yang tak pernah dilupakan Allah. Namun bagaimana caranya? Tuhan Yesus pernah mengucapkan itu, apa yang pernah dikatakan Allah di sorga sebelum kedatangan AnakNya ke dunia. “Kukirim AnakKu yang Ku kasihi”. Itulah kalimat Allah di sorga, dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang tukang kebun itu. Ya, memang akhirnya satu-satunya jalan adalah mengirim AnakNya yang paling dikasihiNya untuk di utus ke dunia.
Allah tidak lagi mengandalkan manusia, sebagaimana melalui Israel dahulu. Tetapi Allah sendiri, diriNya sendiri yang datang untuk menyelamatkan manusia. Beban itu di letakkan di pundaknya sendiri.
Tetapi yang menjadi masalah adalah bisakah Allah dengan segala kekudusanNya datang kedunia? Bagaimana mungkin Allah yang kudus bisa berdiam di bumi yang sudah penuh dengan bisa ini? Bisa saja, karena Dia adalah Allah. Tetapi masalahnya, penghuninya dunia, yaitu manusia yang sudah penuh dengan dosa, tidak akan bisa melihat Allah dengan segala kekudusanNya. Kekudusan Allah akan selalu bereaksi terhadap ketidak kudusan manusia. Seperti Musa di Padang Gurun memohon kepada Allah, “tunjukkanlah WajahMu kepadaku”. Jawaban Allah jelas, “tidak ada orang yang bisa tahan terhadap wajahKu”. “Ketika kamu memandang wajahKu kamu akan mati”. Ya memang, jika Allah datang dengan kekudusanNya, maka tak ada yang bisa tahan terhadap kemuliaanNya, tetapi akan hangus terbakar seketika. Dengan demikian dalam keadaan seperti itu, manusia yang mau diselamatkan Allah, akan lebih dahulu hangus sebelum mengalami penebusan Allah.
Disinilah sekali lagi Allah harus berkorban demi tujuanNya. Allah mau datang sendiri, tetapi tidak bisa karena manusia tidak tahan terhadap kemuliaanNya. Maka caranya adalah, dan satu-satunya … Allah menjadi manusia … melalui Yesus Allah mengosongkan diriNya, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan. Allah semesta alam, yang langit segala langit pun tidak dapat memuatNya, tetapi demi cinta kasihNya harus mengosongkan diriNya untuk keselamatan Manusia. Suatu pengorbanan yang tidak ternilai harganya.
Demi tujuan inilah : agar Allah bisa menjadi manusia, terjadilah yang dicatat oleh Alkitab, Allah lahir dari seorang perawan. Sesuatu yang tidak mungkin pada zaman itu. Berawal dari sebuah sel telur, lalu menjadi embrio manusia di rahim Maria, lahir dikandang domba, yang kotor dan berbau, rentan infeksi dan penyakit. Satu hal lagi, tak ada tempat bagi Dia di penginapan. Ya memang, Yesus datang untuk menyelamatkan manusia, tetapi manusia sendiri menolakNya.
Lalu Diapun harus terancam pembunuhan oleh Herodes yang memerintahkan untuk membunuh semua bayi dibawah dua tahun. Bayi Yesus pun harus menyingkir ke Mesir, dengan perjalanan yang sangat lama, melalui padang Gurun yang juga rentan perampokan.
Kerajaan yang Sungsang
Mesias yang dinantikan orang Israel, selama berabad-abad, yang telah dinubuatkan oleh para Nabi, datang dengan keadaan yang tak disangka-sangka. Bagaimana mungkin seorang Raja lahir dikandang domba. Bukankah dan selayaknya seorang Raja lahir di Istana? Mesias yang digambarkan akan menjadi Raja, memerintah atas Israel, duduk diatas Tahta Daud. Mesias yang mereka harapkan adalah seperti yang mereka pikirkan dan bayangkan selama ini. Ketika Israel di bola-bola secara politik, dari pembuangan, Mesir, Babel, dan takluk kepada Raja-raja disekitar mereka seperti Asyur, pada zaman Tuhan Yesus kondisinya adalah dipuncak kekecewaan yang hebat oleh karena penjajahan Roma yang sangat kejam.
Pada zaman itu sering terjadi pemberontakan terhadap Roma secara kecil-kecilan. Yang paling terkenal adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Barnabas orang Zelot. Walaupun kecil dan hanya perang Gerilya, tetapi cukup membuat risih pemerintah yang berpusat di Roma, dan menuduh Gubernur di Israel, Herodes di Galilea, dan Pilatus di Yudea tidak becus memerintah. Dan inilah yang memicu betapa kejamnya seorang Herodes yang tidak berat hati untuk membunuh bayi-bayi di bawah 2 tahun, karena merasa terancam kekuasaanya dengan kelahiran Tuhan Yesus.
Kekecewaan itu bergitu memuncak terhadap pemerintahan Roma, selain secara politik, juga secara ekonomi. Pajak yang di wajibkan dibayar kepada Roma, ternyata sering di korupsikan para pemungut pajak, sehingga uang pajak yang harus dibayarkan bertambah banyak. Tentunya ini membuat kebencian yang sangat dalam kepada pemungut pajak yang notabene adalah orang Israel sendiri. Pada zaman Tuhan Yesus juga seorang pemungut pajak adalah orang yang sangat dibenci, sampai-samapi Yesus di cela karena duduk dan makan bersama pemungut Pajak.
Dalam kondisi Israel seperti inilah, berita tentang kelahiran Tuhan Yesus dikandang Domba, tidak lebih dari sebuah lelucon, dan penghinaan terhadap penantian panjang Israel. Bagaimana mungkin seorang Raja yang dinantikan lahir dikandang domba? Mesias yang mereka harapkan adalah Panglima Perang seperti Daud yang dapat menaklukkan berlaksa-laksa, dan seperti Salomo yang membawa kekayaan, yang dapat membangun Bait Suci dengan Emas dan Perak. Tuhan Yesus? Ya, Yesus memang terlahir sungsang, tidak seperti yang diharapkan.
Inilah yang menjadi alasan penolakan terhadap Tuhan Yesus. Dia datang tepat dimana posisi kita berkubang. Seperti anak yang hilang, dia terbuang dikandang Babi, Yesus memang lahir disana, di tempat dimana kita tidak berharga. Kitalah yang mau ditebusNya, tetapi kita menolakNya. Israel tidak mengenalinya, tidak melihat kebutuhan mereka yang paling dalam. Kemiskinan mereka, keterbuangan dan ketaklukan mereka adalah akibat dosa dan pemberontakan mereka. Maka Yesus datang bukan untuk kemiskinan, dan ketaklukan yang mereka alami saat itu, tetapi kepada akarnya, kepada sisi gelap kita yang paling tersembunyi dan paling dalam yaitu dosa manusia.
Respon kita
Telah menjadi tradisi perayaan Natal, sepertinya hanya sebagai pesta pora. Sebagai pesta tahunan. Bukan hanya umat Kristiani, tetapi Natal pun telah menjadi pesta Dunia. Oleh karena itulah sering sudah Natal kehilangan maknanya. Hanya sebagai ajang pertunjukan, hiburan, dan lain-lain yang tidak bermakna. Itulah natal yang sering kita rayakan.
Tidak pernah lagi terpikirkan apa dan kenapa Natal ini ada….Mengapa Allah menjadi manusia. Dari penjelasan diatas bagaimana Allah menjelma menjadi manusia melalui peristiwa-peristiwa yang dicatat oleh Alkitab, adalah karena kegagalan manusia itu sendiri. Kitalah yang membutuhkan pertolonganNya, kita memang sekarat dengan dosa-dosa kita, tetapi kita menolakNya.
Para penguasa , menolakNya dan ingin membunuhNya, para pemuka masyarakat mengatakan, tidak ada tempat. Tetapi orang-orang yang pada saat itu bermalam di ladang, para gembala, dan orang majus, menyambutnya dan memberi persembahan. Orang-orang yang tidak masuk hitungan masyarakat inilah yang menyambut kedatanganNya.
Pada musim Natal ini, selayaknya kita merenung kembali, kasihNya, rasa cintaNya yang tak pernah luntur, itulah yang menjadi alasanNya untuk menjadi manusia. Mari berhati dan bersikap seperti orang gembala, orang majus, orang yang terpinggirkan masyarakat, tetapi tahu menyambut JuruselamatNya. Orang yang tidak diperhitungkan manusia sekitarnya, tetapi diperhitungkan oleh Allah. Yesus tidak memilih istana sebagai tempat lahirNya, tetapi berkenan dan memberi tahu kedatanganNya kepada orang yang tidak memiliki apa-apa selain hati yang terbuka untuk menyambutNya.
Betapa seringnya kita ingin diperhitungkan, dengan bersembunyi di balik baju baru dan pakaian yang kita kenakan. Betapa kita sering salah dalam menyambutNya, dengan keindahan dekorasi yang kita buat. Betapa sering kita lupa dengan Yesus yang kita rayakan sementara kita menikmati kue lezat sambil bergembira. Sangat kontras dengan apa yang Dia harapkan.
Itulah sebabnya jika kita harus memaknai Natal ini, mari maknai dengan hati yang mau terbuka menerimaNya, hati seorang gembala, hati seorang majus.



Eksposisi Thema Natal PD. Maranatha 2006

Poltak Marbun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar