Kamis, 29 Desember 2011

DOKTRIN TRITUNGGAL

“Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam Sorga : Bapa, Firman dan Roh Kudus ; dan ketiganya adalah satu. 1 Yoh 5 ; 7

Pendahuluan
Doktrin Tritunggal adalah doktrin yang sangat penting diketahui setiap orang percaya, sebab iman Kristen kita dibangun diatas fakta bahwa Allah kita adalah Allah Tritunggal Yang Esa. Namun di balik perlunya untuk mengetahui doktrin ini kita pun diperhadapkan kepada berbagai kesulitan tersendiri untuk memahaminya. Sering orang membuat analogi-analogi untuk menjelaskan Tritunggal, namun tidak jarang bahwa analogi tersebut tidak memadai untuk mengurai kerumitan tentang Tritunggal. Bahkan bahasa pun tidak cukup memadai dalam memformulasikan Tritunggal. Pemahaman akan doktrin ini sebenarnya adalah kita manusia dengan segala keterbatasannya, mau mengerti tentang Allah yang tidak terbatas.

Allah tak dapat dipahami artinya menegaskan bahwa pikiran kita tidak dapat menyelami Allah dengan sempurna (Ayub 11:7, Yes 40:18) tetapi tidak berarti bahwa manusia tidak dapat mengetahui apapun tentang diriNya. Allah dapat diketahui menyatakan bahwa ia dapat dikenal sejauh pernyataan diriNya (Yoh 14:7, 17:3 dan I Yoh 5:20) tetapi tidak berarti bahwa manusia dapat mengenal segala sesuatu mengenai Dia.

Tetapi walaupun demikian satu hal harus kita akui jika Allah memperkenalkan diri seperti itu berarti dibalik kesulitan-kesulitan yang kita hadapi ada hal yang lebih penting yang mau disampaikan Allah kepada kita. Dan inilah yang perlu kita pelajari agar akhirnya kita dapat bersyukur dan menaruh rasa hormat terhadap Allah Tritunggal yang Esa.

Sebuah pepatah kuno mengatakan :
Siapa yang mau mengerti Ke-Tritunggalan Allah, akan kehilangan kewarasannya, dan siapa yang menolak ke-Tritunggalan Allah akan kehilangan jiwanya”.

Allah yang Esa
Paham KeTritunggalan sama sekali tidak berarti adanya tiga allah sebagaimana yang dibayangkan secara salah oleh beberapa orang. Tuhan adalah satu, Allah yang kekal, Dia memenuhi alam raya ini, Dia memenuhi surga dan bumi dalam kekekalan.

Kalau kita belajar Doktrin Allah, maka kita akan bertemu sifat Allah yang maha hadir. Ini berarti bahwa Allah tidak dapat dihitung, Dia memenuhi jagad raya ini. Dari pengertian itu maka tidak ada tempat lagi untuk tuhan yang lain selain Dia. Ini adalah dogma/dasar Alkitab. Kekristenan percaya dan menyembah pada satu Tuhan, tidak ada yang lain. Keberadaan Tuhan dalam sebuah tempat tertentu tidak berarti terus menghalangi keberadaan-Nya di tempat lain pada waktu yang sama.

Dalam Perjajian Lama Allah memperkenalkan diriNya sebagai Allah yang Esa.

“Dengarlah, hai orang Israel : TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ulangan 6:4)

Tritunggal yang Kudus
Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin Iman Kristen yang mengakui Satu Allah Yang Esa, namun hadir dalam Tiga Pribadi Allah : Allah Bapa dan Allah Putra dan Allah Roh Kudus, di mana ketiga Pribadi Allah, sama esensinya, sama kedudukannnya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya.

Allah yang sejati adalah Allah Tritunggal.
1. Hanya ada satu Allah (Ul 6:4 ; 1Kor 8:4,6; Yer 10:10)
2. Dalam ke-Allahan itu ada tiga Pribadi, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ketiganya Allah yang Esa, benar, dan kekal, sama dalam hal Zat-Nya, setara dalam kuasa dan kemuliaan-Nya. (1Yo 5:7; Mat 3:16-17; 28:19; 2Kor 13:13; Yoh 10:30).
3. Masing-masing pribadi tersebut berbeda satu dengan yang lain (Mat 3:16-17).

Ketunggalan (keesaan) keberadaan-Nya berarti hanya ada satu Allah. Kejamakan-Nya berarti ada tiga pribadi yang berbeda yang semuanya adalah Allah.

Nama-nama ini tidak ditetapkan atau ditemukan manusia, melainkan adalah kata-kata dari ilham ilahi dalam Kitab Kudus, sebagaimana yang dapat dilihat pada perkataan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya dalam Amanat Agung, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19). Monoteisme jelas sekali dalam kata-kataNya, “baptislah mereka dalam “nama”. Dia tidak berkata baptislah mereka dalam nama-nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Namun Ketritunggalan dipaparkan dengan jelas dalam kata-kataNya, “Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”

Rasul Yohanes dengan jelas sekali menegaskan pengertian ini, “Dan ada tiga yang memberikan kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu” (I Yohanes 5:7). Jika kita melihat kedua ayat ini maka akan ditemukan nama-nama Tritunggal Kudus ; Bapa, Anak dan Roh Kudus. Inilah Tritunggal Kudus dalam satu-satunya Allah yang kepadaNya kita percaya.

Beberapa Pendapat tentang Tritunggal
Pengajaran tentang doktrin Trinitas / Allah Tritunggal sudah menjadi dilema sejak zaman bapa-bapa gereja. Istilah Trinitas timbul setelah terjadinya perkembangan pemikiran diantara orang-orang Kristen Yunani.

Latar belakang bangsa Yunani memiliki kekayaan ilmu pengetahuan, dipengaruhi filsafat-filsafat Socrates, Plato, Aristoteles dan mereka menyembah banyak dewa sehingga banyak ajaran-ajaran yang salah menafsirkan tentang trinitas / tritunggal / konsep Allah yang benar sehingga Bapa-Bapa gereja purba membuat suatu rumusan tentang trinitas yang sesuai dengan iman Kristen yang benar dalam konsili-konsili. Beberapa pendapat tentang Tritunggal yang berlawanan dengan Iman Kristen.

1. Pemikiran Yunani tentang Allah (monotheisme)
Allah itu tidak berubah dan tidak mungkin mempunyai hubungan langsung dengan dunia yang berubah sehingga memerlukan perantara yaitu logos / akal / Firman tetapi logos Yunani lepas dari Allah dan lebih rendah dari Allah, Allah tidak memiliki perasaan, dan emosi.

2. Monarkianisme
Penggagas paham ini bernama Praxeas. Ajaran ini menitik beratkan monarki atau pemerintahan tunggal dari Allah dan monoteisme (percaya hanya ada satu Allah). Ajaran ini mengemukakan pandangan cerdik untuk memperdaya doktrin tritunggal yaitu Sang Bapa adalah Anak adalah Roh Kudus, sama seperti satu orang berperan dalam tiga jabatan seperti saya adalah Ayah yang juga suami dan karyawan. Kelemahan ajaran ini adalah Allah berganti-ganti peranan/topeng. Jadi kalau begitu siapakah yang disalibkan? Bapa = Anak = Roh Kudus. Iman Kristen yang benar yang disalibkan adalah Yesus dalam kemanusiaan Nya bukan Roh YHWH.

3. Sabellianisme (Saballius wafat 215)
Pandangan Sabellianisme agak mirip dengan Monarchianisme. Menurut pandangan ini, sebenarnya hanya ada satu oknum Allah, bukan tiga oknum. Allah yang Esa tersebut menyatakan diri dengan tiga cara, atau tiga manifestasi. Sebagai pencipta alam semesta, Allah muncul sebagai Bapa ; kemudian, sebagai Penebus manusia, Allah muncul sebagai Anak dan akhirnya Roh Kudus muncul sebagai pribadi yang menguduskan.

4. Arianisme (Anus. 325 AD)
Arius mengembangkan teori Origenes. Ia berpendapat Bapa > Anak Allah > Roh Kudus. Allah Bapa adalah Allah tetapi Alam semesta diciptakan oleh putra-Nya yang diciptakan dari yang tidak ada oleh Bapa. Jadi Anak bukanlah Allah melainkan sebagai makhluk yang tidak kekal dan mempunyai awal. Ajaran ini diteruskan oleh Saksi-saksi Yehowa dan ayat yang sering dipakai Ams 8:22-30.

5. Subordinasisme
Tokoh dalam aliran pendapat ini adalah Origenes (254 AD). Origenes berpendapat Trinitas itu bertingkat yaitu Bapa lebih besar daripada Anak yang lebih besar daripada Roh Kudus. Hanya Bapa adalah “Allah sejati”. Anak Allah sama dengan Allah Bapa, hanya pada tingkat yang lebih rendah. Jika Bapa adalah Allah maka Anak adalah Allah. Origenes dengan istilah itu mau mengatakan bahwa Firman itu sejenis dengan Allah, dengan arti itu "Allah" berarti "ilahi". Tetapi Firman itu tidak setingkat dengan Allah dan tidak satu dengan Allah. Ia menegaskan bahwa Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus secara kekal adalah tiga keberadaan (hypostasis) dan sifat ketigaaan Allah adalah bagian dari tabiat kekalNya, bukan sesuatu yang timbul kemudian. Jadi Anak secara kekal diperanakan oleh Bapa begitu pula semua makhluk akali telah ada secara kekal.

6. Eutychianisme.
Eutyches mengaburkan kedua kodratNya (ke-Allahan dan Kemanusiaan) menjadi satu serta menciptakan suatu campuran. Jika cat kuning dicampur dengan cat biru hasilnya adalah cat hijau. Yesus Kristus menjadi semacam campuran dari ke-Allahan dan kemanusiaan sesuatu yang ketiga (tertium quid) yang bukan Allah atau manusia, tetapi semacam blasteran.

Penyataan Alkitab tentang Tritunggal
a. Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama (PL) penyataan Allah tentang diri-Nya mula-mula dikemukakan hanya dalam bentuk yang bersifat bayangan saja. Doktrin atau ajaran ini tersirat bukan hanya dalam bagian-bagian tersendiri atau kitab tertentu saja, tetapi terbentang di sepanjang kisah PL. Pada kisah Penciptaan, Allah mencipta melalui Firman dan Roh. Sejak awal kitab Kejadian, sudah dinyatakan suatu pusat kegiatan dari ‘tiga’ yang ‘satu’ seutuhnya. Allah sebagai Pencipta menciptakan segala sesuatu dengan Firman (bd. Mzm 33:6, Mzm 33:9, Mzm 148:5; Mat 8:3; Yoh 11:43).

Selanjutnya Firman dipersonifikasikan sebagai Hikmat (Ams 8:22 dab; Ayb 28:23-27). Roh sebagai sumber berkat dan sumber kekuatan badani, semangat, kebudayaan dan pemerintahan (lih. Kel 31:3; Bil 11:25; Hak 3:10). Roh Allah juga diberi tempat khas dalam sejarah penyataan dan penebusan. Roh memperleng-kapi Mesias untuk pekerjaan-Nya (Yes 11:2, 42:1, 61:1, dsb), memperlengkapi umat-Nya untuk menanggapi Mesias dengan iman dan ketaatan (Yl 2:28; Yes 32:15; Yeh 36:26-27, dsb).

b. Perjanjian Baru
Masa Perjanjian Baru sendiri ditandai dengan kehidupan dan pelayanan Kristus diawali dengan kemunculan Yohanes Pembabtis yang pemberitaannya menggambarkan Tritunggal, dimana Dia memanggil orang supaya bertobat kepada Allah, supaya percaya kepada Mesias yang sedang datang, dan tentang baptisan oleh Roh Kudus,..bahwa baptisan air yang dilakukannya hanyalah perlambang. (Mat 3:1-11; Luk 1:76; Yoh 1:33)

Keterlibatan Pribadi-pribadi Bapa, Anak (Yesus), dan Roh Kudus sebagai Pribadi Allah yang Esa dalam satu tindakan ilahi, juga bisa dilihat dlm kisah-kisah seperti penampakan Malaikat Allah kepada Maria (Luk 1:35).

Jawab malaikat itu kepadanyac : “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

Dalam kehidupan dan pelayanan-Nya, Yesus mengarahkan perhatian orang kepada Allah Bapa (Yoh 5:19-20), menjawab ‘perbantahan’ tentang Mesias, tentang diri-Nya sebagai anak / keturunan Daud (Mat 22:42-46), memberi kesaksian tentang ‘Oknum’ Ketiga, yaitu Roh Kudus sebagai Roh yang datang dari Allah Bapa yang juga datang dari Dia (Yesus) sendiri (Yoh 15:26). Ajaran Yesus tentang Tritunggal sendiri terungkap paling jelas dan ringkas dalam rumusan baptisan, yaitu : membaptis ke dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Mat 28:19).

Beberapa tindakan lain yang dimaksud itu seperti karya penebusan oleh Kristus. Ayat-ayat Alkitab mencatat dengan jelas bahwa karya ini dilakukan-Nya di mana Bapa mengutus Anak untuk melaksanakan karya penyelamatan itu. Kemudian Allah Bapa dan Allah Anak mengutus Roh Kudus untuk menerapkan keselamatan yang telah dikerjakan oleh Kristus itu, untuk membuat manusia percaya kepada Yesus dan karya-Nya tersebut.

Setelah peristiwa kenaikan Yesus ke Sorga, Alkitab mencatat pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Peristiwa ini ‘lebih menonjolkan pribadi’ Roh Kudus. Rasul Pertrus dalam menerangkan peristiwa Pentakosta menggambarkannya pekerjaan Allah Tritunggal (lih. Kis 2:32-33).

Doktrin Trinitas ini menampilkan dan dibangun juga atas dasar bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tujuan penyembahan dan pemujaan. Bahwa Allah adalah pusat penyembahan, Yesus dan Roh Kudus disembah sebagaimana penyembahan umat-Nya kepada Allah Yang Maha Tinggi. Alkitab jelas mencatat kebenaran ini disepanjang pemberitaannya. Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus (2 Kor 13:13), tidak hanya menyimpulkan seluruh ajaran para rasul, tetapi juga menerangkan makna yang lebih dalam dan hakiki dari Allah Tritunggal dalam pengalaman hidup Kristen.

Formulasi KeTritunggatan Allah
Seperti sudah dijelaskan, Alkitab tidak memberikan rumusan ‘baku’ tentang Allah Tritunggal, tetapi Alkitab menyajikan unsur-unsur yang diperlukan Teologi untuk menyusun ajaran itu. Para pakar Teology (Kekristenan pada umumnya) diberi peluang untuk merumuskan pengajaran ini berdasarkan data-data acuan yang tersedia. Perlunya merumuskan doktrin Tritunggal adalah akibat timbulnya reaksi dari luar gereja. Tuntutan utama di dalam perumusan itu ialah kejelasan tentang keilahian Yesus Kristus sebagai asas kepercayaan Gereja.

Ajaran Tritunggal menyatakan bahwa Allah satu dalam harkat dan Hakikat-Nya, tetapi dalam diri-Nya ada tiga Oknum yang tidak membentuk perseorangan yang tersendiri dan berbeda. Ketiga Oknum itu adalah tiga cara atau bentuk dalam mana Allah berada. Tetapi, ‘Oknum’ adalah ungkapan yang tidak sempurna untuk mengungkapkan kebenaran itu, karena ungkapan ini mengartikan kepada kita perseorangan yang tersendiri, yang berbudi, dan bisa memilih. Padahal dalam harkat Allah ada bukan tiga perseorangan, tetapi hanya tiga pembedaan diri Allah yang adalah satu seutuhnya.

Allah Tritunggal : Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus merupakan inti ajaran Kristen. Ketiga Pribadi sama kedudukannya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya. Ketiganya satu dalam esensi dan memiliki sifat yang sama. Ke-mahakuasa-an, Ke Kekal-an, Ke Kudus-an, dimiliki oleh masing-masing Pribadi Allah.

Masing-masing Pribadi adalah Allah, namun ke tiga Pribadi tidak identik, maka Allah Bapa bukan Allah Anaka; Allah Anak bukan Allah Roh Kudus ; dan Allah Roh Kudus bukan Allah Bapa. Ketiganya dapat dibedakan, tetapi didalam esensi tidak terpisahkan

Kenyataan di atas berarti dalam perumusan ini disadari juga adanya kesulitan untuk ‘membahasakan’ Allah. Artinya, perumusan yang tepat menyangkut ajaran / doktrin Trinitas ini mengalami kesulitan dalam memilih istilah-istilah yang tepat untuk menyampaikan maksudnya. Namun, disadari juga bahwa Alkitab jelas dan terang mencatat tentang keberadaan tiga Pribadi yang satu sebagai hakikat Allah. Mengatakan Allah Esa, maksudnya ialah kendati Allah pada diri-Nya adalah pusat kehidupanTritunggal, namun hidup-Nya tidaklah terbelah tiga atau trilateral – tiga pihak yang berbeda. Ia satu dalam hakikat, kepribadian, dan kehendak. Namun, disadari juga bahwa ada pembedaan yang jelas antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Pembedaan yang juga dibicarakan dalam Pribadi, sebagai Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.

Mengatakan bahwa Allah Tritunggal dalam Keutuhan, maksudnya ialah keutuhan dalam keanekaan, yaitu keanekaan yang nampak dalam tiga oknum, dalam sifat, dan dalam tindakan. Ketiga Oknum ilahi yang kekal, tidaklah mengartikan ada yang lebih utama dari pada yang lain, tetapi memaksudkan urutan dalam tindakan dan penyataan. Sekali lagi, urutan-urutan dan tindakan-tindakan yang berhubungan sebaiknya dilihat dalam fokus ilahi dan kekal tersebut. Jadi, dapat dikatakan bahwa ciptaan adalah dari Allah Bapa, melalui Allah Anak, oleh Roh Kudus.

Implikasi Doktrin Tritunggal
Doktrin Trinitas sangat vital bagi Teology dan juga bagi pengalaman dan hidup Kekristenan. Berkaitan dengan ke-Allah-an, doktrin ini menyatakan bahwa Allah benar-benar hidup, bahwa Allah tidak pernah berhenti berkarya, dan tidak pernah berhenti terlibat dalam kehidupan. Allah Tritunggal adalah keutuhan dan kepenuhan hidup, berada dalam hubungan yang kekal, dan dalam persekutuan yang tak pernah putus atau berhenti. Hal ini membuat penyataan dan pengungkapan diri Allah dapat dimengerti. Allah dalam arti mutlak, dapat mengungkapkan diri-Nya sendiri antara ketiga Oknum itu. Dia dapat juga dalam arti terbatas, mengungkapkan diri-Nya keluar melalui penyataan diri sendiri berkomunikasi terhadap ciptaan-Nya.

Mengenai alam semesta, doktrin ini mengupayakan kesatuan dan keanekaan, membuat alam semesta menjadi suatu kosmos dalam keteraturan. Karena semua hal bergantung pada kehendak baik Allah, maka tak mungkin ada dualisme di pusat alam semesta. Dapat dikatakan bahwa keanekaan hidup ‘dalam’ Allah dipantulkan dalam alam semesta berupa bentuk-bentuk hidup yang berbeda-beda secara luas. Dan, persekutuan yang mengikat Allah Tritunggal, menjadi dasar bagi persekutuan lingkungan umat manusia, lingkungan keluarga, masyarakat, dan secara istimewa dalam lingkungan Gereja, karena di situ Roh Kudus menjadi Petugas dan Pengantara persekutuan itu.

Kesimpulan
Ketiga keberadaan Allah yang esa dalam melakukan kegiatannya selalu berkarya bersama dan tidak berkarya satu persatu dan yang lain diam. Ketiga keberadaan Allah yang esa berkehendak satu, tiada satupun karya Allah dimana satu bertindak tanpa keterlibatan kedua yang lain.

Ke Tritunggalan Allah dapat di imani, tetapi tidak dapat dimengerti sepenuhnya. Doktrin Allah Tritunggal tidak berada di wilayah logika, bukan irrasional tapi supra rasional. Hal itu memang sesuai dengan hakekat Allah. Allah yang sejati pasti di luar jangkauan pemikiran dan logika manusia. Oleh karena itu, sekalipun doktrin Allah Tritunggal melampaui akal, jangan menyangkalnya, juga jangan memaksa diri untuk memahaminya

Oleh sebab itu sambil menantikan kedatangan Tuhan, dimana kita kelak akan bersama-sama di Sorga, semuanya akan dibukakan. Seperti perkataan Paulus, “Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap ….. Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”

Segala kemuliaan dan hormat, kepada Allah Tritunggal yang Kudus, Tuhan yang Esa, sekarang sampai selama-lamanya. Amin.

”Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” (I Korintus 2:10).

Kepustakaan :
1. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, jilid II, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000, hal. 490-492)
2. Stephen Tong, Allah Tritunggal, Momentum
3. Niftrik, G.C. Dr ; Boland B.J. Dr, BPK, 1999, Dogmatika Masa Kini,
4. Wesley Brill, J, Dasar Yang Teguh, Yayasan Kalam Hidup
5. Dari berbagai sumber


Bahan CPKK P3KS 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar