Kamis, 29 Desember 2011

ESKATOLOGI

Pendahuluan
Eskatologi adalah suatu doktrin yang sangat penting bagi orang Kristen. Doktrin ini secara khusus mempelajari tentang kedatangan Tuhan Yesus ke Dunia untuk yang kedua kalinya. Kedatangan ini sangat di nantikan oleh setiap orang percaya. Sesuai dengan janjiNya akan datang kembali seperti waktu Dia terangkat ke Sorga, akan datang dengan cara yang sama sewaktu para murid melihat Dia terangkat ke sorga (Kis 1 ; 11).

“Kristus pasti datang kembali“, itu adalah suatu kepastian dan ketegasan yang ditulis oleh Perjajian Baru. Namun tentang waktu dan saatnya Alkitab menulis “Hanya Bapa yang tahu, anakpun tidak (Mar 13 ; 32 : Kis 1;6-7). Itulah sebabnya kita dalam penantian kedatangan Kristus yang kedua kita harus tetap berjaga-jaga (Mat 24 : 37-44 ; Mar 13 ; 37), siap sedia senantiasa (Mat 25 ; 1-13), karena kedatanganNya seperti pencuri yang datang waktu malam.

Anak-anak Terang
Didalam belajar Eskatologi, kita harus memahami bahwa “kita hidup oleh iman bukan oleh karena penglihatan. Namun apa yang dikatakan oleh Yesus bahwa, sebelum kedatanganNya kembali untuk kedua kalinya, Tuhan Yesus telah menyatakan apa yang akan menjadi tanda-tanda yang mendahului kedatanganNya. Itulah sebabnya kita sebagai orang percaya seharusnya bisa melihat tanda-tanda zaman, karena kita bukanlah anak-anak kegelapan, melainkan anak-anak terang. Dan satu hal yang pasti, Tuhan Yesus telah menyatakannya lebih dahulu kepada kita supaya kita percaya (Mat 24 ; 25 ; Mar 13 ; 23).

Sejarah Dunia dan Israel menurut Tafsir Daniel
Sebuah mimpi Raja Babel, Nebukadnezar (604-562 SM, lihat kamus Alkitab) tentang apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang jauh sebelum hal itu terjadi, dengan sangat baik ditafsirkan oleh Daniel. Jika kita mengurut sejarah dan belajar dari Alkitab maka apa yang ditafsirkan oleh Daniel dalam Daniel 2 sudah terbukti dengan sangat tepat. Empat kerajaan setelah Raja Babel yaitu Media dan Persia, Yunani dan Roma yang digambarkan sebagai kerajaan emas, perak, tembaga dan besi telah mewarnai sejarah Dunia.

Juga tentang kedatangan Raja yang Agung yaitu Tuhan Yesus Kristus yaitu “Batu” (Dan 2 ; 34). Band Mat 21 ; 42), juga “tanpa perbuatan tangan manusia” (Band Luk 1 ; 35), dan juga “Kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya (Dan 2 ; 24) “Band dengan Luk 1; 33”. dengan sangat tepat ditafsirkan oleh Daniel.

Lama setelah mimpi Nebukadnezar, Daniel sendiri juga bermimpi tentang keempat kerajaan itu yang digambarkan sebagai binatang (Dan 7 ; 3-7). Jika yang keempat kerajaan telah muncul dan telah berlalu dari sejarah dunia, yang menarik dari mimpi Daniel adalah kesepuluh tanduk yaitu kesepuluh kerajaan yang muncul dari kerajaan itu (Dan 7 ; 7+24). Dan setelah kesepuluh Raja itu, muncul seorang Raja yang berbeda dari raja-raja yang dahulu dan akan merendahkan tiga raja (Dan 7 ; 24).

Dan yang selanjutnya adalah pemerintahan akan dicabut dan diberikan kepada Majelis Pengadilan. “Maka pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran kerajaan-kerajaan dibawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi (Dan 7 ; 26–27).

Dalam Kitab Daniel kita masih banyak menemukan suatu tafsiran yang akan terjadi kedepan, termasuk kematian dan sejarah-sejarah setelah kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, bagaimana Bait Suci diruntuhkan kembali oleh Kerajaan Roma melalui Jenderal Titus pada tahun 70 dan lainnya.

Dari Israel ke Gereja
Sepanjang sejarah Israel, Allah telah berulang kali mau menyatakan keselamatan yang akan dikerjakan Allah, namun sejauh itu pula Israel gagal mengerti maksud Tuhan. Israel tetap tegar tengkuk, tidak mau turut kepada kehendak Allah, yang pada puncaknya adalah penolakan Israel atas Mesias, yaitu Tuhan Yesus Kristus, yang pada akhirnya disalibkan.

Penolakan Israel berakibat bahwa cara penyelamatan yang dilakukan Allah tidak lagi melalui Israel, namun melalui Gereja, yang dimulai dari ungkapan Tuhan Yesus kepada Petrus “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat 16 ; 18).

Jadi jelas bahwa penolakan Israel membuat Gereja, suatu komunitas baru untuk sampai saat tertentu, dengan tujuan yang jelas pula. Tujuan pembentukan Gereja seperti yang dijelaskan Paulus adalah “Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk” (Rom 11 ; 25). Waktu kepada Gereja ini diberikan sampai apa yang dikatakan oleh Paulus telah digenapi, dan jika itu sudah digenapi maka masa pengangkatan Gereja akan terjadi.

Masa Pengangkatan Gereja
Masa pengangkatan Gereja adalah saat dimana Yesus menyongsong Gereja-Nya di udara, untuk menjemput mempelaiNya. Pengangkatan ini adalah pengangkatan tubuh kita, yaitu tubuh yang baru (1 Kor 15 ; 51 -52). Pengangkatan ini bertujuan agar kita bertemu dengan Yesus dan tinggal bersamaNya (band Yoh 14 ; 1-3). Pengangkatan ini akan terjadi dalam dua kategori yaitu :

a. Orang saleh yang telah meninggal
Pengangkatan Gereja akan didahului oleh pengangkatan orang yang telah lebih dahulu meninggal dalam Tuhan. “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit ( 1 Tes 4:16)

b. Orang yang masih hidup
Lalu bagaimanakah dengan orang yang masih hidup pada saat pengangkatan? Bagi orang yang masih hidup, maka pengangkatan terjadi setelah tubuh kita dirubah menjadi tubuh yang baru. “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia : kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. (I Kor 15:51-52).

Tahta Pengadilan Kristus
Tahta Pengadilan Kristus tidak berbicara tentang keselamatan yang akan kita terima, melainkan berbicara tentang kepercayaan yang telah Tuhan berikan kepada kita selama berada dalam dunia. Pengadilan ini dimaksudkan untuk memperhitungkan bagaimana kita menjalani hidup kekristenan setelah kita diselamatkan. “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat” (II Kor 5:10).

Yang kita peroleh disini adalah berupa Mahkota yang akan kita terima dari Allah. Jenis-jenis mahkota itu adalah :
1. Mahkota Abadi yaitu : Mahkota yang diberikan kepada kita jika kita menguasai diri (1 Kor 9 ; 25)
2. Mahkota kehidupan yaitu : Mahkota yang diberikan kepada kita jika kita tahan uji (Yak 1 ; 12 ; Wah 2 ; 10)
3. Mahkota sukacita/kemegahan yaitu : Mahkota yang diberikan kepada kita jika kita menuntun/ memenangkan jiwa kepada Tuhan (1 Tes 2 ; 19).
4. Mahkota Kebenaran yaitu : Mahkota yang diberikan kepada kita jika kita merindukan kedatangan Tuhan. (II Tim 4 ; 8)
5. Mahkota Kemuliaan yaitu : Mahkota yang diberikan kepada kita jika kita mempertanggung jawabkan domba yang dipercayakan Tuhan kepada kita (1 Pet 5 ; 2-4). “Lihat juga 1 Kor 3 ; 10-15”

Masa Penderitaan 7 Tahun (Tribulasi)
Masa setelah pengangkatan Gereja adalah masa apa yang disebut dengan “Masa Kesukaran Besar”, atau sering disebut Tribulation. Masa ini adalah masa dimana Iblis (Anti Kristus) berkuasa (I Yoh 2 ; 18). Dikatakan masa kesukaran besar adalah karena Iblis dan semua pengikutnya berkuasa penuh selama masa ini. Disisi yang lain Gereja sebagai garam dan terang, yang menahan kebusukan dunia ini telah diangkat. Sehingga dengan demikian kesukaran pada masa ini benar-benar kesukaran yang tidak dapat dibayangkan.

Sesuai dengan Nubuat Daniel setelah keempat kerajaan yang berkuasa, yang telah berlalu dari sejarah kemanusiaan, setelah kerajaan yang keempat yang muncul adalah sepuluh tanduk, yang masih perlu kita amati. ***

Masa kesukaran ada dibagi lagi menjadi Pre ; Post dan Last Tribulation.

a. Paruh pertama Masa Kesukaran
Bagian pertama dari setengah dari masa kesukaran yaitu 1260 hari (Dan 9; 27) ditandai dengan deru perang dan kabar-kabar tentang perang; kelaparan dan gempa bumi. Inilah yang menandai paruh pertama Masa Kesukaran

b. Paruh kedua Masa Kesukaran
Setelah masa paruh pertama masa kesukaran maka Iblis akan berkuasa penuh, Anti Kristus akan menunjukkan siapa dirinya sebenarnya dengan menentang Allah ; dan menempatkan diri di Bait Suci di Jerusalem. Inilah masa pembinasa keji yang menuntut dirinya untuk disembah (Mat 24 : 15). Suatu masa yang tidak pernah disaksikan dunia sebelumnya. Selama masa kesukaran ini adalah masa dimana Allah mencurahkan murka dan hukumannya seperti apa yang dituliskan dalam Wahyu 6.

Injil di Masa Kesukaran (Tribulasi)
Telah dijelaskan bahwa sebelum masa penderitaan tujuh tahun, Gereja telah diangkat. Padahal tugas pemberitaan Injil adalah ditangan Gereja. Bagaimanakah keselamatan terjadi jika tidak ada yang memberitakan Injil? (band Rom 10 ; 14–15). Jika memang demikian apakah keselamatan tidak ada selama masa Tribulasi?

Wahyu 14 dapat memberi petunjuk kepada kita bahwa Injil akan diberitakan secara besar-besaran diseluruh dunia (Mat 24 ; 14), tetapi yang memberitakan bukanlah Gereja melainkan ke 144.000 ribu yang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. (Lihat juga Rom 11 ; 25-26).

Anti Kristus dan Simbol Binatang
Di dalam tafsir Daniel sudah dinubuatkan tentang lahirnya satu kerajaan yang lain yang berbeda dari kerjaaan yang lain (Dan 7 ; 24). Inilah nubuat yang menubuatkan lahirnya antikristus (1 Yoh 2 ; 18). Yang menjadi pertanyaan bagaimanakah implementasi antikristus bisa bekerja diakhir zaman? Tentunya hal itu tidaklah sulit. Dengan ditemukannya microchip computer, maka hal tersebut tidak sulit lagi terjadi. ***

Kehidupan manusia tanpa tanda ini akan mengalami kehidupan yang sangat sulit atau bahkan tidak normal. (Why 13 ; 16-18), karena mereka tidak akan bisa menjual dan membeli tanpa tanda itu. ***

Perang Harmageddon
Perang Harmagedon yang disebutkan dalam Wahyu 16 : 16 adalah Perang hebat dimana Iblis atau Antrikristus dan seluruh tentara yang mengindetifikasi diri dan yang bergabung dengan antikristus akan berusaha dalam upayanya yang terakhir untuk melawan Allah dan anak-anakNya (Wah 19 ; 19). Perang ini adalah perang yang diilhami oleh Trinitas palsu, untuk mengalahkan Trinitas Allah.

Harmagedon juga akan menjadi tanggapan Dunia yang terakhir terhadap panggilan Allah untuk bertobat. Selama masa kesukaran, Allah akan memanggil dunia untuk bertobat, tetapi kebanyakan akan menolak, karena sudah di bubuhi tanda 666, tanda binatang itu (Why 13 ; 18). Tanda ini adalah tanda dimana manusia akan diperhadapkan keadaan yang sangat sulit, dan dengan terpaksa untuk menerima tanda itu untuk sekedar bertahan hidup.

Gambaran tentang perang Harmagedon sangatlah mencengangkan. Melihat apa yang dijelaskan dalam Wahyu 9 ; 16, mengenai angka-angka yang akan ikut didalam perang Harmagedon sangatlah besar. Lihat Juga Yoel 3 ; 9-17.

Tanda-tanda yang menyertai persiapan perang Harmagedon adalah “…… sungai yang besar, sungai Efrat, lalu keringlah airnya, supaya siaplah jalan bagi raja-raja yang datang dari sebelah timur. (Why ; 16:12). *** Lihat juga Why 6 ; 8.

Tetapi akhir dari perang ini adalah pembantaian hebat sepanjang sejarah kemanusiaan. Dalam Why 19 dikatakan bahwa Allah akan mengeluarkan sebilah pedang dari mulut Kristus. Harmagedon akan menjadi perang antara Allah melawan anti Kristus. Lihat Yeh 38 ; 15 - 23.

Kedatangan Kristus yang ke-2
Kedatangan Kristus yang ke-2 merupakan puncak dan merupakan peristiwa yang dinantikan dalam seluruh Alkitab. Kristus akan datang diakhir masa kesukaran, paruh masa ke-2 Nubuatan Daniel untuk merebut Kerajaan/kekuasaan (Dan 2 ; 44 ; 7 ; 26-27). Kedatangan Kristus yang ke-2 akan mengawali masa Kerajaan seribu Tahun dimana Allah memerintah bersama dengan orang percaya (Wah 20 ; 4–6).

Gambaran tentang kedatangan Yesus Kristus yang ke-2 yang dicatat dalam Wahyu 19, dimana Yesus datang dengan penuh kemuliaan dan penuh kuasa, merupakan kedatangan yang sungguh mengagumkan. Yohanes megungkapakan “semua mata akan melihat” (Wah 1 ; 7) ***

Kerajaan seribu tahun : Iblis di belenggu
Kerajaan seribu tahun adalah periode akhir dari semua masa sebelum memasuki masa kekekalan. Pada masa ini Kristus akan berkuasa penuh, Iblis akan diikat, Antikristus dan Nabi Palsu akan dilemparkan ke Neraka /jurang maut (Wah 20 ; 1-3).

Iblis dibelenggu : Penyataan sumber dosa
Menarik dari apa yang terjadi pada saat Millenium / Kerajaan 1000 tahun adalah bahwa Allah akan menyatakan sumber dosa yang sebenarnya. Ketika manusia jatuh dalam dosa di Taman Eden, ketika Allah bertanya kepada Adam, “Adam, Adam dimanakah engkau?”. Ketika Allah bertanya “Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?" , Adam dengan lantang menjawab : "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan (Kej 3:12). Perempuan itu juga tidak mau mengambil tanggung jawab tetapi "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan." Kej 3:12). Dari kenyataan inilah, dari sudut pandang manusia, yang mengakibatkan dosa adalah Iblis, bukan diri sendiri yang berkeinginan untuk sama seperti Allah (Kej 3 ; 5).

Maka pada masa Millenium ini Iblis, Antikristus dan Nabi Palsu, akan dibelenggu, untuk menunjukkan kepada manusia bahwa penyebab dosa bukanlah karena Iblis, melainkan keinginan manusia itu yang ingin seperti Allah.

Gereja dan Masa Millenium / Kerajaan seribu Tahun
Telah dijelaskan diatas, sebelum masa kesukaran 7 tahun Gereja akan diangkat ke Angkasa bertemu dengan Tuhan Yesus, boleh kita katakan bahwa selama masa kesukaran Gereja tidak berperan di Dunia selama masa kesukaran tersebut.

Namun setelah masa kesukaran berakhir, diakhir masa Tribulasi paruh yang ke-2 Yesus akan datang ke dunia dengan penuh kemuliaan yang disertai dengan semua orang percaya dan merampas kekuasaan dari antikristus. Maka selama masa seribu Tahun itu, Yesus akan memerintah bersama dengan GerejaNya (Wah 20 ; 4–6). Lihat juga Luk 19 ; 15-19

Pada masa ini, gereja akan datang dengan tubuh yang baru, yaitu tubuh kemuliaan yang telah dirubah dalam sekejap sewaktu pengangkatan. Maka pada masa Kerajaan seribu tahun tersebut akan ada dua jenis manusia yang berdiam didalam dunia yaitu manusia rohani, yaitu Gereja dengan tubuh kemuliaannya dan juga tubuh manusia biasa yang memasuki masa Kerajaan seribu tahun yang selamat dari masa kesukaran selama masa Tribulasi.

Juga orang yang diselamatkan selama masa kesukaran, yaitu orang-orang yang di Injili oleh Israel, yang disebut oleh Allah sebagai domba-dombaNya (Mat 25 ; 31-40), akan masuk kedalam kerajaan seribu tahun dengan tubuh alamiah mereka, berbeda dengan tubuh Gereja. Selama masa kerajaan seribu tahun manusia akan hidup seperti waktu manusia mula-mula diciptakan. Lihat juga Yes 65 ; 17–25

Akhir Masa Millenium/Kerajaan 1000 Tahun
Ketika Millenium memasuki masa terakhir yaitu ketika masa seribu tahun kerajaan sudah digenapi, Alkitab mengatakan “Iblis akan dilepaskan dari penjaranya” (Why 20;7), dan mengumpulkan semua yang memberontak. Iblis dan pengikutnya akan menerima hukumannya yang terakhir dan kekal yaitu neraka.

Tahta Putih (Why 20 ; 11)
Tahta putih adalah tahta penghakiman yang terakhir Allah untuk menentukan hukuman bagi orang yang tidak percaya. Yesus Kristus akan menjadi hakim (Yoh 5 ; 22, Kis 17 ; 31). Semua yang dilakukan manusia akan terbuka. Tahta ini didahului oleh kebangkitan semua orang yang sudah mati (Why 20 ; 12-15).

Tujuan tahta putih :
1. Membersihkan dosa dari alam semesta
2. Menegakkan keadilan (Why 20 ; 12-13)
3. Menetapkan hukuman manusia (Mark 12 ; 38-40)
4. Menyatakan tanggungjawab manusia (Roma 7 ; 13)

Didalam tahta putih semua orang akan dihakimi dengan tolak ukur yaitu Firman Allah.

Bumi yang baru dan langit yang baru
Dalam Why 21 ; 1 segera setelah Tahta putih dosa akan dilenyapkan dari alam semesta. “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi”. Bumi dan langit yang baru adalah tempat dimana Allah akan berdiam bersama-sama dengan umatNya (Why 21 ; 3).

Disorga tidak akan ada lagi air mata, dan maut tidak akan ada lagi; perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Why 21 ; 4), suatu gambaran kehidupan yang sempurna.

Menantikan kedatangan Yesus Kristus yang kedua dan tanggapan kita
Belajar tentang Eskatologi, bukanlah untuk memenuhi keinginan kita untuk sekedar tahu tentang sorga atau apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Petrus mengatakan bahwa kita perlu melakukan kehidupan yang suci dan saleh (2 Pet 3:11), sementara kita “menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah”.

Disetiap waktu dan kesempatan kita senantiasa menjaga kekudusan, berjaga-jaga, agar kita tidak kedapatan telanjang, tidak bercacat dan tidak bernoda. Disisi yang lain kita yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus, harus lebih giat “menyibukkan diri” untuk melayani Allah. Agar apa yang dikatakan oleh Paulus jika aku harus hidup, itu berarti memberi buah.

Segala kemuliaan bagi Allah yang kekal, yang masa lalu sama terangnya dengan masa depan.

"Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus! (Why 22:20). Amin

Kepustakaan :
1. Evans, Tony, The Best is yet to Come, Gospel Press, 2002
2. Niftrik, G.C. Dr ; Boland B.J. Dr, BPK, 1999, Dogmatika Masa Kini,
3. Wesley Brill, J, Dasar Yang Teguh, Yayasan Kalam Hidup
4. Kinman, L, Dwight, Diktator Dunia yang Terakhir, Revival Publishing House, 2003



Bahan CPKK PD. Maranatha 2006 n P3KS 2010




SOTERIOLOGI

Pendahuluan
Soteriologi berasal dari dua kata Yunani yaitu : “Soteria” dan “Logos” yang berarti “Doktrin Keselamatan. Doktrin Keselamatan merupakan bagian Ilmu Theologi yang mempelajari tindakan/cara Allah dalam penebusan/pembebasan manusia dari dosa.

Sepanjang sejarah manusia berbagai cara dilakukan Allah untuk menyelamatkan manusia. Perjanjian Lama mencatat bahwa cara penyelamatan yang dilakukan oleh Allah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui Bapa leluhur, Hakim, Imam dan Para Nabi (Ibr 1;1-2). Namun berbagai tindakan Allah yang dicatat oleh Alkitab untuk menyelamatkan manusia tidak mampu memberikan penyelamatan penuh. Dan yang terakhir adalah Karya Kristus di kayu salib sebagai penggenapan dari segala sesuatu dari cara Allah untuk menebus manusia yang berdosa. Karya keselamatan yang dilakukan Allah di mulai sejak manusia berdosa pertama kali di Taman Eden.

Manusia Berdosa.
Kalau kita berbicara mengenai keselamatan maka yang pertama yang menjadi pertanyaan adalah keselamatan dari mana. Maka jawaban yang kita berikan adalah jawaban pasti yaitu keselamatan dari dosa. Sejak kejatuhan manusia kedalam dosa melalui manusia pertama yaitu Adam, manusia sudah mati seperti yang difirmankan Allah, “sebab pada hari engkau memakannya pastilah kamu mati” (Kej. 2;18).

Akibat dari dosa Adam yang pertama adalah kematian yaitu keterpisahan dari Allah. Keterpisahan ini menyangkut :
1. Keterpisahan antara roh dan tubuh.
2. Keterpisahan dari Allah (kematian Rohani).
3. Keterpisahan dari Allah selama-lamanya.

Akibat dari dosa ini maka tujuan Allah untuk menciptakan manusia tidak tercapai. Banyak theolog yang menyatakan bahwa tujuan dari karya Allah bukan penyelamatan, karena manusia diciptakan bukan untuk diselamatkan tetapi untuk memuliakan Allah (Kol 1;16, Rom 11;36). Namun karena manusia sudah jatuh dalam dosa maka Allah membuat cara tersendiri secara terus-menerus untuk menyelamatkan manusia. Sejak manusia jatuh kedalam dosa banyak cara yang dilakukan Allah untuk menyelamatkan manusia dan puncak dari Karya keselamatan ialah Karya Kristus di kayu salib.

Perjanjian Lama
Janji keselamatan yang diadakan oleh Allah menyangkut tiga ruang lingkup yaitu : individu (perseorangan), umat Allah, dan Dunia. Perjanjian Lama mencatat bahwa cara penyelamatan yang dilakukan oleh Allah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui Bapa leluhur, Hakim-Hakim, Imam dan Para Nabi. Israel menjadi Umat pilihan Allah untuk menyatakan keselamatan kepada Dunia. Sejarah Israel mencatat bagaimana campur tangan Allah untuk menyelamatkan umatNya baik dari penyakit-penyakit, malapetaka fisik, aniaya dari musuh dan bahaya maut juga karya Allah bagi peyelematan Israel dari perbudakan Mesir. Israel telah dipilih agar keselamatan yang dari Allah sampai ke ujung bumi (Yes. 49:6). Tetapi sejauh itu pula manusia tetap gagal yang digambarkan dengan kegagalan Israel untuk menjadi jalan keselamatan bagi umat manusia.

Hukum Tauratpun ternyata tidak bisa menyelamatkan manusia karena ketidak mampuan manusia untuk melakukan tuntutan Allah melalui hukum Taurat.(Rom. 7;15+118-19). Ketidak mampuan manusia untuk melakukan Hukum Taurat pada akhirnya menuntut adanya penebusan yang dilakukan Allah sendiri. Salib adalah jawabannya. Dan inilah yang sudah dinubuatkan oleh para Nabi tentang tokoh Illahi yang menjadi manusia untuk melakukan sendiri penyelamatan kepada manusia mulai dari kelahiranNya (Mika 5;1), Penderitaanya (Yes; 53;3-9), KematianNya (Mzr 22:2) KebangkitanNya (Yun 1:17 Band. Mat. 12;40) dan juga KerajaanNya yang kekal selamanya (Dan 7; 13-14).

Perjanjian Baru
Perjanjian Baru memberikan gambaran tentang penggenapan dari apa yang ditulis dalam Perjanjian Lama. Mesias menjadi penggenapan apa yang dinantikan menyangkut campur tangan Allah dalam menyelamatkan manusia. Namun didalam Perjanjian Baru Keselamatan yang akan dilakukan oleh Yesus menunujuk keselamatan dari dosa. PB menunjukkan dengan jelas keterbu-dakan manusia oleh karena dosa, bahaya dan akibat dari dosa itu sendiri yaitu maut (Rom 6; 23).

Mengacu kepada Roma 3;8-10+23 bahwa semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan Kemuliaan Allah. Kondisi manusia itu tidak seperti yang dimaksudkan oleh Allah waktu menciptakannya. Rupa dan gambar Allah pada diri manusia sudah tercoreng-moreng. Dosa bersifat universal, menyangkut geografis termasuk individual manusia baik kepribadian ataupun eksistensi manusia. Kerusakan akibat dosa terjadi secara total(1) termasuk didalamnya alam semesta (Kej 3;17-18; Roma 8;19-22). Oleh karena itu manusia tidak akan mungkin menyele-matkan diri sendiri (Ef 2; 8-9). Maka PB dengan jelas menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling utama adalah keselamatan dari akibat dosa yaitu maut.

Keselamatan dalam Perjanjian Lama
Keselamatan dalam Perjanjian Lama selalu didasarkan pada anugerah Allah, walaupun dalam beberapa bagian menitikberatkan bahwa keselamatan lebih mengandalkan peranan Hukum. Bahwa keselamatan datang dituntut dari bagaimana seseorang hidup secara sempurna dihadapan Allah (Roma 10;5, Im. 18;1-5). Hukum Taurat diberikan Allah kepada Israel sebagai penuntun (Gal3;24) agar Israel tidak malanggar Hukum Allah.

Namun biar bagaimanapun keterbudakan manusia terhadap dosa pada akhirnya tidak dapat memenuhi apa yang dituntut dalam Hukum Taurat. Hukum Taurat menuntut adanya korban penebus dosa. Dalam hal ini Allah turut campur tangan bagaiamana tata-cara agar manusia dapat memperoleh pengampunan dari Allah melalui korban-korban yang dipersembahkan (Imamat 3-7).

Keselamatan dalam Perjanjian Lama diluar Israel
Hukum Taurat diberikan kepada Israel sebagai umat pilihan Allah. Lalu bagaimana dengan bangsa lain yang bukan Israel dan tidak mengenal Hukum Taurat? Melalui apakah keselamatan datang kepada mereka? Atau diluar Yahudi yang memegang Hukum Taurat, apakah tidak ada keselamatan bagi bangsa lain yang bukan Yahudi?
Paulus memberikan penjelasan mengenai hal ini. Roma 2; 12-16 mencatat beberapa hal :
1. Semua orang yang berdosa tanpa Hukum Taurat akan binasa tanpa Hukum Taurat (ayat 12)
2. Mereka menjadi Hukum Taurat bagi diri mereka sendiri (ayat 14).
3. Isi Hukum Taurat ada tertulis dalam hati mereka dan suara hati turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh dan saling membela (15).

Keselamatan dalam Perjanjian Baru
Dalam PB setelah zaman Injil (setelah kelahiran Yesus Kristus) keselamatan datang oleh Kasih Karunia karena Iman (Ef 2; 8-9). Keselamatan datang bukan lagi karena melakukan tuntutan Hukum Taurat tetapi karena percaya Pengorbanan Kristus dikayu salib sebagai korban penebus dosa (Roma 10;9,Ef. 2;14-16). Yesus adalah jalan satu-satunya yang ditentukan Allah untuk kembali kepada Allah (Yoh 3;16. Kis 4;12).

Perjajian Baru dan Hukum Taurat
Jika manusia diselamatkan bukan karena melakukan Hukum Taurat tetapi oleh karena Iman. Lalu bagaimanakah dengan Hukum Taurat sendiri? Tuhan Yesus Kristus adalah penggenapan Hukum Taurat. Bagaimanakah dengan Israel yang memiliki Hukum Taurat? Hukum Taurat sudah “digenapi” oleh Yesus Kristus dengan demikian Hukum Taurat dinyatakan tidak berlaku lagi menjadi jalan keselamatan (Ef 2;15-16). Tidak (akan) ada (lagi) yang dibenarkan karena melakukan Hukum Taurat. (Roma 3;28 ). Dengan demikian di dalam PB keselamatan datang berdasarkan Injil Kasih Karunia Allah oleh karena iman kepada Yesus Kristus (Ef 2;8-9). Termasuk dalam hal ini Israel sebagai tempat Hukum Taurat diberikan tidak akan dihakimi lagi berdasarkan Hukum Taurat tetapi oleh Injil. (Rom 9-11, Gal 3; 5 )

Permasalahan yang timbul
1. Manusia dizaman Injil namun belum mendengar Injil
Namun bagaimanakah dengan manusia yang hidup dizaman Injil (setelah kelahiran Yesus Kristus), namun mereka belum pernah mendengarkan Injil? Penjelasan mengenai hal ini tidak secara jelas ditunjukkan oleh Alkitab. Namun menurut pemahaman penulis menyangkut manusia diluar Israel yang tidak memiliki Hukum Taurat, hati mereka sudah menjadi Hukum Taurat bagi mereka. Maka sebelum mereka mendengar Injil namun mereka hidup dizaman akhir (setelah kelahiran Yesus Kristus), maka keselamatan ada pada mereka melalui melakukan “Hukum Taurat” yang ada pada hati mereka.

2. Anak-anak yang belum bisa memiliki iman tersendiri.
Permasalahan kedua adalah bagaimana dengan anak-anak yang tidak mungkin memiliki iman tersendiri? Alkitab juga tidak secara jelas memberitahu mengenai hal ini. Dan memang perdebatan para theolog cukup alot mengenai hal ini.
a. Bagi orang Calvinisme yang menganut bahwa keselamatan adalah menurut Pilihan Allah (Predestinasi) maka keselamatan anak-anak adalah menurut pilihan Allah sendiri. (tetapi bagaiamana dengan dosa keturunan yang sampai pada keturunan ketiga dan keempat?)

b. Theolog yang lain memiliki pemahaman bahwa Keselamatan bagi anak-anak adalah menurut iman orangtuanya. Ketika orangtuanya sudah diselamatkan maka anak-anaknya juga sudah diselamatkan, karena Dosa keturunan tidak ada lagi pada anak itu. Maka anak tersebut diselamatkan menurut iman orangtuanya.(2)

* Bagaimana dengan anak-anak yang tidak memiliki Hukum Taurat dan juga tidak memiliki Injil?

Jaminan Keselamatan
Menyangkut jaminan keselamatan ada perbedaan diantara theolog. Ini erat hubungannya dengan Doktrin manusia. Pemahanan sesorang tentang doktrin manusia sangat mempengaruhi pemahamannya tentang keselamatan. Kaum Remonstran yang lebih dikenal dengan aliran Armenian menganut bahwa keselamatan dapat hilang. Ini didasari doktrin manusia yang mereka pahami bahwa kerusakan manusia adalah sebagian saja, tidak total. Sehingga seseorang memperoleh keselamatan adalah pertemuan tawaran Allah akan keselamatan dan kehendak bebas manusia yang menginginkan keselamatan. Menurut pemahaman mereka bahwa manusia juga turut mempunyai andil didalam keselamatan mereka yaitu kemauaan untuk kembali kepada Allah. (Band. Luk. 15, anak yang hilang).

Pemahaman seperti diatas mempengaruhi pemahaman tentang keselamatan bahwa manusia juga bisa menolak keselamatan yang mereka miliki karena merupakan kehendak bebas. Dengan demikian keselamatan dapat hilang atau manusia dapat mengudurkan diri dari keselamatan yang dia miliki (Band. Ibr;10;38)

Kaum Calvinis mempunyai pemahaman yang berbeda dalam doktrin manusia bahwa manusia setelah jatuh dalam dosa maka terjadi kerusakan total, sehingga manusia tidak mungkin menyelamatkan diri sendiri, bahkan manusia tidak menghendaki, memikirkan keselamatan diri sendiri (Band. Roma 7;19+21-23).

Pemahaman ini pada gilirannya mempengaruhi pemahaman mereka bahwa keselamatan adalah murni prakarsa Allah. Faktor utama yang menentukan siapa yang akan diselamatkan adalah kedaulatan Allah dan anugerah Allah. Manusia tidak mempunyai andil didalam keselamatannya. Dengan demikian karena keselamatan adalah prakarsa Allah maka Allah tidak akan membiarkan kaum pilihan-Nya kehilangan Keselamatan mereka. Karena dasar dari jaminan keselamatan mereka adalah pegangan Allah terhadap mereka bukan bagaimana mereka bergantung kepada Allah (Roma 8:38-39, Yoh.10;28)

Proses dalam Keselamatan
Proses seseorang diselamatkan telah menjadi perdebatan beberapa Theolog. Sebagian Theolog mengatakan bahwa proses Keselamatan adalah sebuah proses berurutan, yang mana satu dengan yang lainnya adalah sebuah keteraturan yang tidak bisa di bolak-balik. Penganut paham ini adalah terutama dari kalangan Gereja Pentakosta. Sebagai contoh Regenerasi (Kelahiran Kembali) - Konversi (Iman dan Pertobatan) - Pembenaran (Status baru) - Pengudusan (Pembaruan progresif) - Ketekunan (Pembaruan yang tetap) menurut mereka adalah sebuah urutan yang tetap.

Sebagian Theolog mengatakan bahwa proses keselamatan adalah sesuatu proses yang utuh. Bahwa Keselamatan tidak boleh dipikirkan sebagai serangkaian langkah-langkah yang bertahap dimana langkah yang satu menggantikan langkah yang sebelumnya, namun terjadi secara simultan dan terintegrasi satu sama lainnya. Urutan-urutan memang penting tetapi harus ditegaskan bahwa urutan tersebut tidak menggambarkan urutan yang berhubungan dengan waktu atau saat-saat dimana proses pertama terjadi dulu baru dilanjutkan dengan proses berikutnya.

Regenerasi (Kelahiran Kembali)
Telah disinggung diatas bahwa tujuan dari penciptaan manusia bukanlah untuk diselamatkan, melainkan kita diselamatkan agar kita menjadi seperti maksud penciptaan semula untuk memuliakan Allah. Namun ‘natur” manusia, seluruh keberadaan manusia sudah berdosa, maka untuk kembali seperti yang dimaksudkan Allah harus diciptakan kembali dari kondisi yang lama. Barang siapa yang percaya kepada Kristus adalah ciptaan Baru, yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang. Maka untuk ‘proses’ menjadi ciptaan baru haruslah melalui kelahiran kembali (Yoh 3; 5 ; Band Kej. 2;9).

Pengertian lahir baru (regenerasi) harus dilihat dalam perspektif yang lebih luas yaitu menyangkut pembaharuan secara totalitas didalam pengudusan dan konversi kehidupan dari yang mati menjadi hidup, dari seteru menjadi mempunyai hubungan yang hidup dengan Allah. Harus kita ingat bahwa kelahiran kembali yaitu masuknya keselamatan dalam hidup kita adalah benar-benar pembaruan, adanya suatu ciptaan baru, adanya kehidupan yang baru. Dengan demikian bahwa lahir baru benar-benar menjadi suatu kepastian bagi kita bahwa kita masuk menjadi warga kerajaan Allah, yang namanya ada terdaftar disorga (Luk 10;20)

Kelahiran kembali adalah syarat penting untuk memperoleh kehidupan kekal. Jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh (Yoh. 3;3-6). Manusia telah mati dalam kedagingannya, maka ia perlu untuk dilahirkan kembali dari Roh. Amal, agama, usaha memperbaiki diri sendiri, menjadi anggota Gereja tidak akan dapat membawa seseorang kepada keselamatan (Titus 3;3-5).

Konversi (Iman dan Pertobatan)
Secara singkat Konversi dapat didefenisikan sebagai tindakan manusia yang dilakukan secara sadar yang telah mengalami kelahiran Kembali dimana dia telah berpaling kepada Allah dari dosa-dosanya (Ef 2;1-4). Konversi ialah sikap berbalik dan mengarahkan diri kepada Allah dan membelakangi (menjauhi) dosa. Iman dan pertobatan adalah dua aspek dari konversi yang merupakan bukti yang kelihatan atau buah dari kelahiran kembali. Iman dan pertobatan adalah suatu aspek esensial dan suatu keharusan didalam keselamatan.

1. Iman
Iman adalah komponen yang sangat penting dan esensial dalam proses keselamatan. Penulis Ibrani sangat banyak menyinggung mengenai Iman. Paulus dalam Roma 10;9 menyatakan bahwa Iman adalah sarana yang olehnya kita diselamatkan. (Band.(Ef 2;8-9). Iman adalah karya luar biasa yang dituntut Allah dari manusia untuk mempercayai Allah dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita (1 Yoh 3;23-24).

2. Pertobatan
Fakta penting didalam Alkitab yang harus kita ketahui adalah panggilan untuk bertobat. Pertobatan adalah pesan yang universal didalam Perjanjian Baru (Luk 3;3). Pertobatan adalah sikap menyesal akan dosa-dosanya yang dinyatakan oleh terang Firman Tuhan sehingga dengan sadar dia mau mengubah cara berpikir, sikap dan hatinya berbalik kepada Allah.

Justification (Pembenaran)
Didalam surat-suratnya Paulus sering menyinggung masalah Kebenaran. Didalam Rom 5;1 Paulus menulis “Sebab itu, kita dibenarkan karena iman …. Bagaimanakah Kebenaran Allah berlaku bagi manusia sehingga dengan iman dapat diselamatkan? Bagaimanakah Kebenaran Allah bisa memerdekakan? (Yoh.8;32). Didalam Yoh 14;6 Yesus juga menyatakan Aku adalah jalan dan Kebenaran dan hidup. Apakah yang dimaksud dengan kebenaran Allah? Kebenaran yang diamaksud disini ialah tindakan Allah didalam Yesus Kristus untuk menebus dosa manusia. Kebenaran Allah menyangkut aspek :

1. Hukum : Allah menerima kita seperti (seolah-olah) kita sudah memenuhi kewajiban hukum yang dituntut oleh Hukum Taurat. Murka Allah yang seharusnya ditimpakan kepada kita ditimpakan kepada Dia yaitu Yesus Kristus. (Yes 53;3-11)
2. Moral : Allah mengubah kita melalui pekerjaan Roh Kudus sehingga dimampukan untuk memenuhi Hukum Allah (Yoh 14;26: 16;4b-15)

Dengan demikian melalui iman kepada Allah mengacu kepada dua aspek diatas, Iman kepada Allah dapat membenarkan kita. Kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah (Roma 5 ; 9).

Pengudusan
Pengudusan adalah karya anugerah dari Roh Kudus, yang melibatkan tanggungjawab kita untuk berpartisipasi. Pengudusan adalah pekerjaan Roh Kudus yang melepaskan kita dari pencemaran dosa, memperbaharui seluruh keberadaan kita dan memampukan kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Pengudusan menyangkut membersihkan kita dari pencemaran dosa, menceraikan kita dari yang jahat. Pengudusan dari dosa yang dimaksudkan adalah pengudusan (penyucian) dari kondisi kita yang layak untuk menerima hukuman dan murka Allah karena pelanggaran yang kita lakukan terhadap hukum Allah.

Perlu dijelaskan bahwa pengudusan yang membawa kita mampu untuk melakukan kehendak Allah tidak boleh kita maksudkan sebagai sarana untuk mendapatkan keselamatan tetapi melalui pengudusan itu kita mampu untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik (Ef 2;10). Perbuatan baik itu dideskripsikan sebagai buah dari keselamatan kita.

Pola dari pengudusan
a. Memisahkan diri dari yang najis (II Kor 6;17)
b. Mempersatukan diri dengan kematian dan Kebangkitan Kristus (Gal 2;20)
c. Menyerahkan dan mempersembahkan diri kepada Allah (Rom 12;1-2).
Pengudusan merupakan sesuatu yang secara jelas dan pasti yang berlangsung secara terus menerus.

Kepustakaan :
1. Evans, Tony, The Best is yet to Come, Gospel Press, 2002
2. Harold Freigh, Delapan Tiang Keselamatan
3. Billy Graham, Bagiamana Dilahirkan Kembali, Lembaga Literatur Baptis
4. Billy Graham, Damai Dengan Allah, Lembaga Literatur Baptis


Bahan CPKK PD. Maranatha 2006 n P3KS 2010
1 Agustinus mengatakan Kerusakan total (Total depravity), Pelagius mengatakan hanya kerusakan sebagian. (sedikit).


(2)Dalam Baptisan HKBP/Gereja Lutheran dalam acara Baptisan bahwa dasar Baptisan adalah iman orang    tuanya. Pada acara tersebut ada kalimat yang ditanyakan Pendeta kepada orangtua anak yang akan di baptis “ Naeng dipangido roham nuaeng naeng didion dakdanakon tu na hinaporseaanmu ..............? ”Sai diramoti Tuhan Debata ma ho di habobongotmon tu harajaonNa.”





KRISTOLOGI

Pendahuluan
Kristologi adalah Doktrin tentang Kristus. Setiap orang Kristen perlu mempelajari tentang Doktrin ini. Dari pelajaran ini kita mengharapkan respon yang benar akan lahir dari pengenalan yang benar kepada Kristus. Tuhan Yesus secara khusus pernah bertanya kepada murid-murid tentang siapakah Dia sebenarnya (Mat. 16: 13-20). Pertanyaan itu begitu penting agar para murid tidak salah menilai tentang siapakah Dia. Sering sekali manusia kecewa karena gagal mengenali Yesus. Pengenalan yang benar akan Kristus melahirkan ibadah dan penyembahan yang benar akan Dia. (2 Tim. 1:12)

Secara umum jika kita mempelajari doktrin ini maka kita akan belajar tentang tiga pokok utama yaitu : Ke-Allah-an, Ke- Manusia-an dan Karya-karya Yesus Kristus. Tentang Karya Kristus, karena topik ini begitu luas maka Karya-Nya terutama dalam Keselamatan di bahas secara khusus dalam Soteorologi dan tentang kedatangan-Nya yang kedua dalam Eskatologi.

Ke-Allah-an Yesus Kristus.
a. Yesus Kristus adalah Allah
Banyak orang menghormati Yesus Kristus sebagai orang besar, pembuat mujizat, dll namun menolak ke-Allah-anNya. Pertanyaan kepada murid-murid, “kata orang siapakah” (Mat. 16), timbul jawaban yang beragam, mulai dari Elia, Yohanes, Yeremia atau salah seorang dari pada nabi. Kita tidak mungkin menyembah Dia dan menyanjung tinggi-tinggi sementara kita menolak Ke-Allah-anNya. Berikut kita akan melihat beberapa hal yang menyangkut Ke-Allah-anNya.

1. Kesaksian Allah tentang Ke-Allah-an Yesus Kristus.
Allah oknum pertama dalam Tritunggal menyatakan bahwa Yesus adalah Allah.
- Tetapi tentang Anak Ia berkata: TahtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran.” (Ibr. 1 ; 8).
- Inilah anak yang kukasihi kepadaNya Aku berkenan, dengarkanlah Dia (Mat. 3;17; 17;5; ). Ini menunjukkan bahwa Allah mengakui Ke-Allah-anNya.
* (Band. Gelar Mesias: yang di urapi)

2. Kesaksian Yesus tentang diriNya sendiri.
Yesus sendiri juga mengatakan bahwa Ia adalah Allah. Pengakuan Yesus akan ke-Allah-AnNya sendiri mempunyai implikasi besar bagi diriNya sendiri dan juga bagi orang yang mendengarnya.
- Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku ada (Yoh 8;58) Band: Kel 3;14; Wah 1;8. Ini berbicara tentang pra Eksistensi Yesus, bahwa Yesus sudah ada sejak Kekekalan
- Kamu menyebut Guru dan Tuhan, dan katamu tepat, sebab memang Aku adalah Guru dan Tuhan (Joh 13; 13)
3. Kesaksian Injil tentang Ke-Allah-an Kristus
- Injil Lukas menjelaskan silsilah Yesus secara lengkap dan menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Luk 3;38)
- Injil Yohanes menulis bahwa Yesus adalah Allah (Yoh 1;1-14)

4. Kesaksian Para Murid tentang Ke-Allah-an Kristus
Para Murid yang selalu bersama-sama dengan Yesus adalah saksi yang bisa kita buat menjadi sumber informasi tentang Ke-Tuhan-an Yesus Kristus.
- Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup! (Mat 16;16)
- Ketiga Murid (Petrus, Yakobus dan Yohanes) menyaksikan bagaimana Allah berbicara tentang Yesus (Mat 17;5). Petrus yang melihat Yesus dimuliakan diatas Gunung bersama Musa dan Elia berkata “Tuhan, betapa bahagianya kami ……. (Mat 17;4)
- Thomas dalam ketidakpercayaanya mengaku Yesus sebagai “Tuhan dan Allahku” (Yoh. 20;28)
- Petrus mengaku Yesus adalah Tuhan (Luk 5;8)

5. Kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Ke-Allah-an Kristus
- Yohanes secara khusus memberi kesaksian tentang Yesus bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan. “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1;30)
Dalam kesaksian Yohanes juga berbicara tentang Pra eksistensi Yesus sebagai Allah yang kekal. “Dia telah ada sebelum aku “ (Yoh 1;30).

6. Kesaksian Paulus tentang Ke-Allah-an Kristus
- Saulus berkata tentang Yesus “ Siapakah Engkau, Tuhan?” (Kis 9;4)
- Didalam kesaksiannya dan juga dalam surat-suratnya bahwa Yesus adalah Tuhan.

7. Kesaksian Iblis tentang Ke-Allah-an Kristus
- Iblis menyatakan bahwa “ Aku tahu siapa Engkau.: Yang Kudus dari Allah (Luk 4;34)
- Iblis juga menyatakan bahwa Yesus adalah “Engkau adalah Anak Allah” (Luk 4; 41)

8. Kesaksian orang lain tentang Ke-Allah-an Kristus
- Kepala Pasukan/ penjaga mengatakan “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah” (Mat: 27; 54)
- Kesaksian perempuan Samaria tentang Yesus yang menyebutnya Tuhan (Yoh 4;1-42)
- Kesaksian perempuan yang berzinah yang mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan (Yoh 8;11).

b. Implikasi Ke-Tuhan-an Kristus
Sebagai Implikasi dari Ke-Tuhan-an Kristus maka sebagai Allah tentunya Dia mempunyai pribadi seperti Allah.
1. Eksistentensi
- Yesus sudah ada dari kekal (Yes 9;5; 1 Yoh. 1;1: Yoh 17;5 dll)
- Yesus Kristus tidak berubah (Ibr 13;8, 1;11-12)

2. Sifat-sifat Allah dalam Yesus Kristus
- Mahakuasa, Yesus Kristus menciptakan segala sesuatu (Yoh 1;3), KepadaKu telah diberikan Kuasa di sorga dan di Bumi (Mat. 28:18;Why 1:8)).
- Mahatahu, Yesus tahu dari kekal sampai dengan kekal : (Yoh 4; 16-19); tahu pikiran manusia (Luk. 5;22), bahkan tahu siapa yang akan menghianatiNya.
- Mahahadir, (Mat 18;20; 28;20; II Kor 13;5).
- Mahasuci, (1 Pet 2;22; II Kor 5;21)

Jika memang Yesus adalah Allah satu-satunya tanggapan kita yang bijak adalah menyembah Dia sebagai Allah yang telah menjadi manusia.

Ke-Manusia-an Yesus Kristus.
Penulis Perjanjian Baru membuktikan bahwa Yesus sebagai manusia. Banyak orang menerima Ke-Allah-an Yesus, tetapi menolak kemanusiaanNya. Berbagai alasan yang diberikan seperti bahwa Yesus hanyalah tampak seperti manusia saja. Berikut kita akan melihat berbagai hal tentang kemanusiaan Yesus Kristus.

Kesaksian Alkitab tentang KemanusiaanNya
1. Silsilah
- Alkitab menulis bahwa Yesus sebagai manusia mempunyai Garis keturunan (silsilah) yang jelas. (Mat 1;1-17; Luk 3; 23-38)

2. Tentang kelahiran
Sebagai manusia, Yesus juga dilahirkan sebagaimana manusia biasa. Walaupun dalam hal ini ada suatu kekhususan bahwa Yesus dilahirkan dari seorang perawan. (Luk.1;26-27+34). Namun melalui kelahiranNya dan proses yang dilalui sudah cukup untuk mrnyatakan Yesus adalah manusia seutuhnya.

3. Tentang perasaan
Sebagai manusia, Yesus juga merasakan apa yang dirasakan oleh manusia pada umumnya.
- Merasakan lapar (Mat. 21: 18)
- Merasakan haus (Mat. 11;19: Yoh. 19:28)
- Merasakan letih (Yoh 4:6)
- Merasakan dukacita (Luk. 19:41)
- Merasakan rasa cemas (Yoh.12:27)
- Sebagai manusia Yesus juga mengalami pencobaan, walaupun Dia tidak berdosa seperti manusia lainnya (Mat; 4;1-11) dll

4. Kehidupan beragama
- Sebagai orang Yahudi Yesus juga disunat (Luk 2;21)
- Mengikuti Ibadah (Luk 4;16)
- Belajar Firman Tuhan (Mat 4;4)
- Memiliki kehidupan Doa (Mar. 14;32; Mat 14;23)

Kesaksian orang lain tentang KemanusiaanNya
- Orang menyebutnya anak tukang kayu (Mat. 13;55; Mark. 6;3)
- Yesus mempunyai saudara (Mat 12; 47; 13;55-57)
- Para murid menyebutnya Guru (Yoh 11;38)
- Orang Farisi mengatakan Yesus menghujat Allah (Mark149;64)
- Paulus menyebutnya Adam yang akhir (1 Kor 15;45, Rom 5;14)

Yesus memiliki “Keterbatasan”
Sebagai Allah yang sempurna, sering sekali Yesus menunjukkan “keterbatasan”, walaupun itu sungguh sulit untuk dimengerti, karena sebagai Allah tentunya Dia mempunyai sifat-sifat Allah, misalnya : Mahatahu.
- Tidak mengetahui siapa yang menjamah jubahNya (Mark. 5;30)
- Tidak mengetahui berapa banyak roti yang ada (Mark. 6;38)
- Yesus mengajukan pertanyaan terhadap alim ulama (Luk 2;46)
- Tidak mengetahui kapan kedatanganNya sendiri (Mark. 13;32)

Dari apa yang kita lihat diatas nyatalah bahwa Yesus adalah manusia sejati yang tidak bisa kita sangkal, hanya sebagai manusia Yesus tidak berdosa. Yesus memilih untuk memiliki tubuh layaknya manusia, memiliki pikiran dan perasaan manusia. Yesus juga menghadapi tantangan, rintangan, dan penderitaan sebagaimana layaknya manusia sehingga dengan demikian Yesus merasakan bagaimana rasanya menjadi manusia dan bagaiamana seharusnya menjadi manusia. Dalam keadaanNya sebagai manusia, Yesus bisa taat dan bahkan taat sampai dikayu salib. Dari teladan Yesus sebagai manusia sempurna kita bisa belajar bagaimana kita seharusnya hidup dihadapan Allah.


Kesatuan Ke-Allah-an dan Ke-manusia-an Yesus Kristus
Ke-Allah-an dan Ke-manusia-an Yesus Kristus membentuk suatu apa yang disebut para theolog penyatuan hipostatik. Ungkapan ini adalah ungkapan besar yang menyatakan Ke-Allah-an yang tidak berkurang dan ke-manusia-an yang sempurna yang menyatu untuk selama-lamanya dalam satu pribadi. Dengan kata lain bahwa Yesus adalah tetap Allah waktu Ia menjadi manusia sempurna. Yesus juga adalah manusia sempurna, hanya Ia tidak berdosa. Yesus bukan kadang-kadang Allah, kadang-kadang manusia (Fil 2;5-11).

Berbagai pandangan tentang ke Ke-Allah-an dan Ke-manusia-an Yesus Kristus yang dianut oleh beberapa aliran al:
1. Menolak Ke-Allah-an tetapi menerima Ke-manusia-anNya
a. Pandangan ini menganut bahwa Ke-Allah-an Yesus Kristus tidak sempurna. Namun Yesus adalah ciptaan tertinggi atas semua ciptaan Allah, tetapi bukan Allah.

* Band (Kis 2;36; Rom 8;29, Kol 1;15) * band KeterbatasanNya

b. Pandangan kedua yang menolak Ke-Allah-an Yesus Kristus adalah ajaran yang menganut bahwa Yesus adalah manusia bukan Allah namun telah ditetapkan menjadi Mesias dan mempunyai kuasa Illahi untuk memerintah di bumi (Mat 28;18)

2. Menolak Ke-manusia-anNya tetapi menerima Ke-Allah-an
Pandangan lain adalah ajaran yang menolak ke-manusia-an Yesus namun menerima keAllah-anNya. Yesus hanyalah nampak seperti manusia yang mempunyai tubuh jasmaniah saja tetapi bukan manusia sempurna. *(band Kemanusiaan Yesus Kristus * band Rom 3, 10+23)

3. Menolak Ke-Allah-an dan Ke-manusia-anNya
Pandangan yang lain adalah yang menolak Ke-Allah-an maupun Ke-manusia-an Yesus Kristus.
a. Pribadi ke-Allah-an dan Ke-manusia-an Yesus adalah terpisah, namum mempunyai hubu-ngan yang erat namun tidak bersatu. Yesus adalah manusia tertinggi dari antara manusia dan Allah berdiam dalam diriNya. Dalam hal ini Yesus dipandang sebagai gabungan dari kedua sifat ke-Allah-an dan Ke-manusia-anNya
b. Pribadi Yesus tidak terpisah melainkan menyatu. Kadang kala yang dominan adalah Ke-Allah-anNya seperti saat mengampuni dosa, menghidupkan orang mati, tetapi kadang kala yang dominan adalah kemanusiaanNya seperti saat Dia lapar dan lelah.

4. Menerima Ke-Allah-an dan Ke-manusia-anNya
Yesus Kristus selalu menggunakan kata “Aku” dalam bentuk tunggal, tidak pernah menyatakan “kita” dalam bentuk jamak. Oleh karena itu Ia adalah Allah-Manusia yang telah dipersatukan dalam satu pribadi yang utuh. Sifat Illahi dan manusia selalu bekerja bersama-sama. Kedua sifat itu berkerja dalam tiap-tiap pikiran, perkataan, dan perbuatanNya dalam satu pribadi. Dengan keadaanNya sebagai Allah-manusia Yesus Kristus bisa menjadi perantara (jembatan) perdamaian kita dengan Allah (Rom 5;10).

Keadaan Kristus
1. Perendahan diri Yesus Kristus
Ungkapan perendahan adalah untuk menggambarkan langkah-langkah turun (mengosongkan diri/ kenosis) menjadi lebih rendah yang diambil Kristus dengan meninggalkan posisi tertinggi di sorga untuk kedudukan paling rendah di bumi. Tindakan ini sebenarnya tak dapat dimengerti oleh manusia. Bagaimana mungkin Allah yang tidak terbatas menjadi “terbatas” oleh tubuh? (II Taw 2;6).

Inkarnasi dan kelahiran
- Inkarnasi adalah pribadi kedua dari Allah Tritunggal yaitu Firman menjadi manusia (Yoh 1;14). Dalam kondisi ini Yesus tidak berubah esensiNya sebagai Allah tetapi mengambil/ mengenakan sifat tertentu tetapi tidak merubah naturNya. Ia adalah tetap Allah yang tidak berubah (Fil 2. 5-9).
- Inkarnasi Kristus terjadi adalah karena dosa untuk tujuan penebusan (Luk 19;10)
- Inkarnasi menjadikan Kristus menjadi salah satu dari manusia. “Mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia” (Fil 2. 7-8).

Penderitaan Kristus
Salib telah menjadi lambang kekristenan. Salib adalah lambang penderitaan Kristus. Tanpa Kayu Salib kekristenan akan kehilangan salah satu doktrin yang utama. Melalui salib keselamatan telah dikerjakan Allah melalui Yesus Kristus.
- Sepanjang kehidupan Kristus di dunia adalah penderitaan. Mulai kelahiran sampai kematiaaNya (Fil 2;8)
- Dia yang tidak berdosa menjadi dosa, padahal Dia adalah Allah (Yes 53)
- Dia yang kudus tetapi mati sebagai orang berdosa karena dosa manusia.
- Menderita secara tubuh dan jiwa (dihina, disiksa dan ditolak)
- Penderitaanya di akhiri dengan salib * band Gal 3;13
- Di kayu salib Yesus “ditinggalkan” Allah (Mat 27;46) * band ….Akibat dosa

Kematian Kristus
Dalam kematianNya Yesus memperlihatkan sifat Ke-Allah-anNya dan kemanusiaanNya. Dalam kematianNya, Yesus tidak meninggalkan nature Illahinya sebagai Allah yang mempu- nyai sifat Allah dan sebagai manusia sempurna dimana tubuhNya berada dalam kubur.

* Yang dicapai dalam kematian Kristus
- Membawa pembenaran (Rom 5;1)
- Membawa penebusan (I Kor 6;20)
- Membawa pendamaian (I Yoh 2;2)
- Membawa perdamaian (2 Kor 5;18)
- Membawa pengudusan (Ibrani 10;10)
- Membawa pengangkatan sebagai anak (Ef 1;5)

2. Pemuliaan Kristus
Kebangkitan
Tanpa kebangkitan kekristenan akan sia-sia (mati) karena kita akan hanya mempunyai juruselamat yang mati. Itulah sebabnya Paulus begitu menekankan perlunya kebangkitan (1 Kor 15;14+17). Melalui kebangkitan Kristus kita percaya adanya kebangkitan pada akhir zaman bagi yang percaya kepadaNya.
- Kebangkitan Yesus adalah kebangkitan tubuh; tubuh dalam arti material dan nyata (1 Kor 15;35-42)*
- Kebangkitan menegaskan siapa Yesus Kristus (Rom 1;4)

Kenaikan ke Sorga
Kenaikan Yesus adalah sebuah pengabsahan terhadap sebuah nubuat dalam Perjanjian Lama, juga penegasan siapa diriNya sebelum (pre eksistensi) dan setelah KaryaNya di kayu salib (Yoh 16;5; Ibr 1;2; 8;1-6).

Makna Kenaikan Yesus
- Menjadi Iman Besar di sorga (Ibr 8;1-6).
- Mempersiapkan tempat bagi orang percaya (Yoh 14;1-3).
- Pembela bagi orang percaya (Rom 12;34)

“Sebab didalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke Allahan” Kol 2;9

Kesimpulan
- Yesus adalah Allah-Manusia yang artinya Yesus adalah Allah yang sempurna dan manusia sempurna menyatu dan berdiam dalam satu pribadi. Ketika Dia menjadi daging bukan berarti Ke-Allah-anNya berkurang, atau ketika Dia melakukan mujizat bukan berarti ke-manusia-anNya berkurang.

- Didalam penderitaanNya sebagai manusia Dia sedang menunjukkan Ke-Allah-anNya. Bahwa salib dan kematiaanNya harus kita lihat sebagai kematian yang aktif, dalam arti sebagai Allah yang Adil yang menghukum setiap dosa dan pelanggaran, dan sebagai Allah yang Mahakasih yang tidak menginginkan kematian orang berdosa. Didalam salib Kasih dan keadilan Allah bertemu.

Kepustakaan :
1. Evans, Tony, Siapakah Raja Kemuliaan ini, Gospel Press, 2002
2. Jhon Stott, Karya Kristus Bagi Kita, Bina Kasih
3. R.T. France, Yesus Sang Radikal, BPK
4. Robert H. Boelkhe, Siapakah Yesus Sebenarnya, BPK

Bahan CPKK PD. Maranatha 2006 n P3KS 2010

DOKTRIN TRITUNGGAL

“Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam Sorga : Bapa, Firman dan Roh Kudus ; dan ketiganya adalah satu. 1 Yoh 5 ; 7

Pendahuluan
Doktrin Tritunggal adalah doktrin yang sangat penting diketahui setiap orang percaya, sebab iman Kristen kita dibangun diatas fakta bahwa Allah kita adalah Allah Tritunggal Yang Esa. Namun di balik perlunya untuk mengetahui doktrin ini kita pun diperhadapkan kepada berbagai kesulitan tersendiri untuk memahaminya. Sering orang membuat analogi-analogi untuk menjelaskan Tritunggal, namun tidak jarang bahwa analogi tersebut tidak memadai untuk mengurai kerumitan tentang Tritunggal. Bahkan bahasa pun tidak cukup memadai dalam memformulasikan Tritunggal. Pemahaman akan doktrin ini sebenarnya adalah kita manusia dengan segala keterbatasannya, mau mengerti tentang Allah yang tidak terbatas.

Allah tak dapat dipahami artinya menegaskan bahwa pikiran kita tidak dapat menyelami Allah dengan sempurna (Ayub 11:7, Yes 40:18) tetapi tidak berarti bahwa manusia tidak dapat mengetahui apapun tentang diriNya. Allah dapat diketahui menyatakan bahwa ia dapat dikenal sejauh pernyataan diriNya (Yoh 14:7, 17:3 dan I Yoh 5:20) tetapi tidak berarti bahwa manusia dapat mengenal segala sesuatu mengenai Dia.

Tetapi walaupun demikian satu hal harus kita akui jika Allah memperkenalkan diri seperti itu berarti dibalik kesulitan-kesulitan yang kita hadapi ada hal yang lebih penting yang mau disampaikan Allah kepada kita. Dan inilah yang perlu kita pelajari agar akhirnya kita dapat bersyukur dan menaruh rasa hormat terhadap Allah Tritunggal yang Esa.

Sebuah pepatah kuno mengatakan :
Siapa yang mau mengerti Ke-Tritunggalan Allah, akan kehilangan kewarasannya, dan siapa yang menolak ke-Tritunggalan Allah akan kehilangan jiwanya”.

Allah yang Esa
Paham KeTritunggalan sama sekali tidak berarti adanya tiga allah sebagaimana yang dibayangkan secara salah oleh beberapa orang. Tuhan adalah satu, Allah yang kekal, Dia memenuhi alam raya ini, Dia memenuhi surga dan bumi dalam kekekalan.

Kalau kita belajar Doktrin Allah, maka kita akan bertemu sifat Allah yang maha hadir. Ini berarti bahwa Allah tidak dapat dihitung, Dia memenuhi jagad raya ini. Dari pengertian itu maka tidak ada tempat lagi untuk tuhan yang lain selain Dia. Ini adalah dogma/dasar Alkitab. Kekristenan percaya dan menyembah pada satu Tuhan, tidak ada yang lain. Keberadaan Tuhan dalam sebuah tempat tertentu tidak berarti terus menghalangi keberadaan-Nya di tempat lain pada waktu yang sama.

Dalam Perjajian Lama Allah memperkenalkan diriNya sebagai Allah yang Esa.

“Dengarlah, hai orang Israel : TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ulangan 6:4)

Tritunggal yang Kudus
Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin Iman Kristen yang mengakui Satu Allah Yang Esa, namun hadir dalam Tiga Pribadi Allah : Allah Bapa dan Allah Putra dan Allah Roh Kudus, di mana ketiga Pribadi Allah, sama esensinya, sama kedudukannnya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya.

Allah yang sejati adalah Allah Tritunggal.
1. Hanya ada satu Allah (Ul 6:4 ; 1Kor 8:4,6; Yer 10:10)
2. Dalam ke-Allahan itu ada tiga Pribadi, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ketiganya Allah yang Esa, benar, dan kekal, sama dalam hal Zat-Nya, setara dalam kuasa dan kemuliaan-Nya. (1Yo 5:7; Mat 3:16-17; 28:19; 2Kor 13:13; Yoh 10:30).
3. Masing-masing pribadi tersebut berbeda satu dengan yang lain (Mat 3:16-17).

Ketunggalan (keesaan) keberadaan-Nya berarti hanya ada satu Allah. Kejamakan-Nya berarti ada tiga pribadi yang berbeda yang semuanya adalah Allah.

Nama-nama ini tidak ditetapkan atau ditemukan manusia, melainkan adalah kata-kata dari ilham ilahi dalam Kitab Kudus, sebagaimana yang dapat dilihat pada perkataan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya dalam Amanat Agung, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19). Monoteisme jelas sekali dalam kata-kataNya, “baptislah mereka dalam “nama”. Dia tidak berkata baptislah mereka dalam nama-nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Namun Ketritunggalan dipaparkan dengan jelas dalam kata-kataNya, “Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”

Rasul Yohanes dengan jelas sekali menegaskan pengertian ini, “Dan ada tiga yang memberikan kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu” (I Yohanes 5:7). Jika kita melihat kedua ayat ini maka akan ditemukan nama-nama Tritunggal Kudus ; Bapa, Anak dan Roh Kudus. Inilah Tritunggal Kudus dalam satu-satunya Allah yang kepadaNya kita percaya.

Beberapa Pendapat tentang Tritunggal
Pengajaran tentang doktrin Trinitas / Allah Tritunggal sudah menjadi dilema sejak zaman bapa-bapa gereja. Istilah Trinitas timbul setelah terjadinya perkembangan pemikiran diantara orang-orang Kristen Yunani.

Latar belakang bangsa Yunani memiliki kekayaan ilmu pengetahuan, dipengaruhi filsafat-filsafat Socrates, Plato, Aristoteles dan mereka menyembah banyak dewa sehingga banyak ajaran-ajaran yang salah menafsirkan tentang trinitas / tritunggal / konsep Allah yang benar sehingga Bapa-Bapa gereja purba membuat suatu rumusan tentang trinitas yang sesuai dengan iman Kristen yang benar dalam konsili-konsili. Beberapa pendapat tentang Tritunggal yang berlawanan dengan Iman Kristen.

1. Pemikiran Yunani tentang Allah (monotheisme)
Allah itu tidak berubah dan tidak mungkin mempunyai hubungan langsung dengan dunia yang berubah sehingga memerlukan perantara yaitu logos / akal / Firman tetapi logos Yunani lepas dari Allah dan lebih rendah dari Allah, Allah tidak memiliki perasaan, dan emosi.

2. Monarkianisme
Penggagas paham ini bernama Praxeas. Ajaran ini menitik beratkan monarki atau pemerintahan tunggal dari Allah dan monoteisme (percaya hanya ada satu Allah). Ajaran ini mengemukakan pandangan cerdik untuk memperdaya doktrin tritunggal yaitu Sang Bapa adalah Anak adalah Roh Kudus, sama seperti satu orang berperan dalam tiga jabatan seperti saya adalah Ayah yang juga suami dan karyawan. Kelemahan ajaran ini adalah Allah berganti-ganti peranan/topeng. Jadi kalau begitu siapakah yang disalibkan? Bapa = Anak = Roh Kudus. Iman Kristen yang benar yang disalibkan adalah Yesus dalam kemanusiaan Nya bukan Roh YHWH.

3. Sabellianisme (Saballius wafat 215)
Pandangan Sabellianisme agak mirip dengan Monarchianisme. Menurut pandangan ini, sebenarnya hanya ada satu oknum Allah, bukan tiga oknum. Allah yang Esa tersebut menyatakan diri dengan tiga cara, atau tiga manifestasi. Sebagai pencipta alam semesta, Allah muncul sebagai Bapa ; kemudian, sebagai Penebus manusia, Allah muncul sebagai Anak dan akhirnya Roh Kudus muncul sebagai pribadi yang menguduskan.

4. Arianisme (Anus. 325 AD)
Arius mengembangkan teori Origenes. Ia berpendapat Bapa > Anak Allah > Roh Kudus. Allah Bapa adalah Allah tetapi Alam semesta diciptakan oleh putra-Nya yang diciptakan dari yang tidak ada oleh Bapa. Jadi Anak bukanlah Allah melainkan sebagai makhluk yang tidak kekal dan mempunyai awal. Ajaran ini diteruskan oleh Saksi-saksi Yehowa dan ayat yang sering dipakai Ams 8:22-30.

5. Subordinasisme
Tokoh dalam aliran pendapat ini adalah Origenes (254 AD). Origenes berpendapat Trinitas itu bertingkat yaitu Bapa lebih besar daripada Anak yang lebih besar daripada Roh Kudus. Hanya Bapa adalah “Allah sejati”. Anak Allah sama dengan Allah Bapa, hanya pada tingkat yang lebih rendah. Jika Bapa adalah Allah maka Anak adalah Allah. Origenes dengan istilah itu mau mengatakan bahwa Firman itu sejenis dengan Allah, dengan arti itu "Allah" berarti "ilahi". Tetapi Firman itu tidak setingkat dengan Allah dan tidak satu dengan Allah. Ia menegaskan bahwa Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus secara kekal adalah tiga keberadaan (hypostasis) dan sifat ketigaaan Allah adalah bagian dari tabiat kekalNya, bukan sesuatu yang timbul kemudian. Jadi Anak secara kekal diperanakan oleh Bapa begitu pula semua makhluk akali telah ada secara kekal.

6. Eutychianisme.
Eutyches mengaburkan kedua kodratNya (ke-Allahan dan Kemanusiaan) menjadi satu serta menciptakan suatu campuran. Jika cat kuning dicampur dengan cat biru hasilnya adalah cat hijau. Yesus Kristus menjadi semacam campuran dari ke-Allahan dan kemanusiaan sesuatu yang ketiga (tertium quid) yang bukan Allah atau manusia, tetapi semacam blasteran.

Penyataan Alkitab tentang Tritunggal
a. Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama (PL) penyataan Allah tentang diri-Nya mula-mula dikemukakan hanya dalam bentuk yang bersifat bayangan saja. Doktrin atau ajaran ini tersirat bukan hanya dalam bagian-bagian tersendiri atau kitab tertentu saja, tetapi terbentang di sepanjang kisah PL. Pada kisah Penciptaan, Allah mencipta melalui Firman dan Roh. Sejak awal kitab Kejadian, sudah dinyatakan suatu pusat kegiatan dari ‘tiga’ yang ‘satu’ seutuhnya. Allah sebagai Pencipta menciptakan segala sesuatu dengan Firman (bd. Mzm 33:6, Mzm 33:9, Mzm 148:5; Mat 8:3; Yoh 11:43).

Selanjutnya Firman dipersonifikasikan sebagai Hikmat (Ams 8:22 dab; Ayb 28:23-27). Roh sebagai sumber berkat dan sumber kekuatan badani, semangat, kebudayaan dan pemerintahan (lih. Kel 31:3; Bil 11:25; Hak 3:10). Roh Allah juga diberi tempat khas dalam sejarah penyataan dan penebusan. Roh memperleng-kapi Mesias untuk pekerjaan-Nya (Yes 11:2, 42:1, 61:1, dsb), memperlengkapi umat-Nya untuk menanggapi Mesias dengan iman dan ketaatan (Yl 2:28; Yes 32:15; Yeh 36:26-27, dsb).

b. Perjanjian Baru
Masa Perjanjian Baru sendiri ditandai dengan kehidupan dan pelayanan Kristus diawali dengan kemunculan Yohanes Pembabtis yang pemberitaannya menggambarkan Tritunggal, dimana Dia memanggil orang supaya bertobat kepada Allah, supaya percaya kepada Mesias yang sedang datang, dan tentang baptisan oleh Roh Kudus,..bahwa baptisan air yang dilakukannya hanyalah perlambang. (Mat 3:1-11; Luk 1:76; Yoh 1:33)

Keterlibatan Pribadi-pribadi Bapa, Anak (Yesus), dan Roh Kudus sebagai Pribadi Allah yang Esa dalam satu tindakan ilahi, juga bisa dilihat dlm kisah-kisah seperti penampakan Malaikat Allah kepada Maria (Luk 1:35).

Jawab malaikat itu kepadanyac : “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

Dalam kehidupan dan pelayanan-Nya, Yesus mengarahkan perhatian orang kepada Allah Bapa (Yoh 5:19-20), menjawab ‘perbantahan’ tentang Mesias, tentang diri-Nya sebagai anak / keturunan Daud (Mat 22:42-46), memberi kesaksian tentang ‘Oknum’ Ketiga, yaitu Roh Kudus sebagai Roh yang datang dari Allah Bapa yang juga datang dari Dia (Yesus) sendiri (Yoh 15:26). Ajaran Yesus tentang Tritunggal sendiri terungkap paling jelas dan ringkas dalam rumusan baptisan, yaitu : membaptis ke dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Mat 28:19).

Beberapa tindakan lain yang dimaksud itu seperti karya penebusan oleh Kristus. Ayat-ayat Alkitab mencatat dengan jelas bahwa karya ini dilakukan-Nya di mana Bapa mengutus Anak untuk melaksanakan karya penyelamatan itu. Kemudian Allah Bapa dan Allah Anak mengutus Roh Kudus untuk menerapkan keselamatan yang telah dikerjakan oleh Kristus itu, untuk membuat manusia percaya kepada Yesus dan karya-Nya tersebut.

Setelah peristiwa kenaikan Yesus ke Sorga, Alkitab mencatat pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Peristiwa ini ‘lebih menonjolkan pribadi’ Roh Kudus. Rasul Pertrus dalam menerangkan peristiwa Pentakosta menggambarkannya pekerjaan Allah Tritunggal (lih. Kis 2:32-33).

Doktrin Trinitas ini menampilkan dan dibangun juga atas dasar bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tujuan penyembahan dan pemujaan. Bahwa Allah adalah pusat penyembahan, Yesus dan Roh Kudus disembah sebagaimana penyembahan umat-Nya kepada Allah Yang Maha Tinggi. Alkitab jelas mencatat kebenaran ini disepanjang pemberitaannya. Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus (2 Kor 13:13), tidak hanya menyimpulkan seluruh ajaran para rasul, tetapi juga menerangkan makna yang lebih dalam dan hakiki dari Allah Tritunggal dalam pengalaman hidup Kristen.

Formulasi KeTritunggatan Allah
Seperti sudah dijelaskan, Alkitab tidak memberikan rumusan ‘baku’ tentang Allah Tritunggal, tetapi Alkitab menyajikan unsur-unsur yang diperlukan Teologi untuk menyusun ajaran itu. Para pakar Teology (Kekristenan pada umumnya) diberi peluang untuk merumuskan pengajaran ini berdasarkan data-data acuan yang tersedia. Perlunya merumuskan doktrin Tritunggal adalah akibat timbulnya reaksi dari luar gereja. Tuntutan utama di dalam perumusan itu ialah kejelasan tentang keilahian Yesus Kristus sebagai asas kepercayaan Gereja.

Ajaran Tritunggal menyatakan bahwa Allah satu dalam harkat dan Hakikat-Nya, tetapi dalam diri-Nya ada tiga Oknum yang tidak membentuk perseorangan yang tersendiri dan berbeda. Ketiga Oknum itu adalah tiga cara atau bentuk dalam mana Allah berada. Tetapi, ‘Oknum’ adalah ungkapan yang tidak sempurna untuk mengungkapkan kebenaran itu, karena ungkapan ini mengartikan kepada kita perseorangan yang tersendiri, yang berbudi, dan bisa memilih. Padahal dalam harkat Allah ada bukan tiga perseorangan, tetapi hanya tiga pembedaan diri Allah yang adalah satu seutuhnya.

Allah Tritunggal : Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus merupakan inti ajaran Kristen. Ketiga Pribadi sama kedudukannya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya. Ketiganya satu dalam esensi dan memiliki sifat yang sama. Ke-mahakuasa-an, Ke Kekal-an, Ke Kudus-an, dimiliki oleh masing-masing Pribadi Allah.

Masing-masing Pribadi adalah Allah, namun ke tiga Pribadi tidak identik, maka Allah Bapa bukan Allah Anaka; Allah Anak bukan Allah Roh Kudus ; dan Allah Roh Kudus bukan Allah Bapa. Ketiganya dapat dibedakan, tetapi didalam esensi tidak terpisahkan

Kenyataan di atas berarti dalam perumusan ini disadari juga adanya kesulitan untuk ‘membahasakan’ Allah. Artinya, perumusan yang tepat menyangkut ajaran / doktrin Trinitas ini mengalami kesulitan dalam memilih istilah-istilah yang tepat untuk menyampaikan maksudnya. Namun, disadari juga bahwa Alkitab jelas dan terang mencatat tentang keberadaan tiga Pribadi yang satu sebagai hakikat Allah. Mengatakan Allah Esa, maksudnya ialah kendati Allah pada diri-Nya adalah pusat kehidupanTritunggal, namun hidup-Nya tidaklah terbelah tiga atau trilateral – tiga pihak yang berbeda. Ia satu dalam hakikat, kepribadian, dan kehendak. Namun, disadari juga bahwa ada pembedaan yang jelas antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Pembedaan yang juga dibicarakan dalam Pribadi, sebagai Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.

Mengatakan bahwa Allah Tritunggal dalam Keutuhan, maksudnya ialah keutuhan dalam keanekaan, yaitu keanekaan yang nampak dalam tiga oknum, dalam sifat, dan dalam tindakan. Ketiga Oknum ilahi yang kekal, tidaklah mengartikan ada yang lebih utama dari pada yang lain, tetapi memaksudkan urutan dalam tindakan dan penyataan. Sekali lagi, urutan-urutan dan tindakan-tindakan yang berhubungan sebaiknya dilihat dalam fokus ilahi dan kekal tersebut. Jadi, dapat dikatakan bahwa ciptaan adalah dari Allah Bapa, melalui Allah Anak, oleh Roh Kudus.

Implikasi Doktrin Tritunggal
Doktrin Trinitas sangat vital bagi Teology dan juga bagi pengalaman dan hidup Kekristenan. Berkaitan dengan ke-Allah-an, doktrin ini menyatakan bahwa Allah benar-benar hidup, bahwa Allah tidak pernah berhenti berkarya, dan tidak pernah berhenti terlibat dalam kehidupan. Allah Tritunggal adalah keutuhan dan kepenuhan hidup, berada dalam hubungan yang kekal, dan dalam persekutuan yang tak pernah putus atau berhenti. Hal ini membuat penyataan dan pengungkapan diri Allah dapat dimengerti. Allah dalam arti mutlak, dapat mengungkapkan diri-Nya sendiri antara ketiga Oknum itu. Dia dapat juga dalam arti terbatas, mengungkapkan diri-Nya keluar melalui penyataan diri sendiri berkomunikasi terhadap ciptaan-Nya.

Mengenai alam semesta, doktrin ini mengupayakan kesatuan dan keanekaan, membuat alam semesta menjadi suatu kosmos dalam keteraturan. Karena semua hal bergantung pada kehendak baik Allah, maka tak mungkin ada dualisme di pusat alam semesta. Dapat dikatakan bahwa keanekaan hidup ‘dalam’ Allah dipantulkan dalam alam semesta berupa bentuk-bentuk hidup yang berbeda-beda secara luas. Dan, persekutuan yang mengikat Allah Tritunggal, menjadi dasar bagi persekutuan lingkungan umat manusia, lingkungan keluarga, masyarakat, dan secara istimewa dalam lingkungan Gereja, karena di situ Roh Kudus menjadi Petugas dan Pengantara persekutuan itu.

Kesimpulan
Ketiga keberadaan Allah yang esa dalam melakukan kegiatannya selalu berkarya bersama dan tidak berkarya satu persatu dan yang lain diam. Ketiga keberadaan Allah yang esa berkehendak satu, tiada satupun karya Allah dimana satu bertindak tanpa keterlibatan kedua yang lain.

Ke Tritunggalan Allah dapat di imani, tetapi tidak dapat dimengerti sepenuhnya. Doktrin Allah Tritunggal tidak berada di wilayah logika, bukan irrasional tapi supra rasional. Hal itu memang sesuai dengan hakekat Allah. Allah yang sejati pasti di luar jangkauan pemikiran dan logika manusia. Oleh karena itu, sekalipun doktrin Allah Tritunggal melampaui akal, jangan menyangkalnya, juga jangan memaksa diri untuk memahaminya

Oleh sebab itu sambil menantikan kedatangan Tuhan, dimana kita kelak akan bersama-sama di Sorga, semuanya akan dibukakan. Seperti perkataan Paulus, “Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap ….. Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”

Segala kemuliaan dan hormat, kepada Allah Tritunggal yang Kudus, Tuhan yang Esa, sekarang sampai selama-lamanya. Amin.

”Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” (I Korintus 2:10).

Kepustakaan :
1. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, jilid II, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000, hal. 490-492)
2. Stephen Tong, Allah Tritunggal, Momentum
3. Niftrik, G.C. Dr ; Boland B.J. Dr, BPK, 1999, Dogmatika Masa Kini,
4. Wesley Brill, J, Dasar Yang Teguh, Yayasan Kalam Hidup
5. Dari berbagai sumber


Bahan CPKK P3KS 2010

Menggali Alkitab dengan cara Induktif

Pendahuluan
Alkitab adalah Firman Allah yang hidup. Sebagai Firman Allah yang hidup yang berbeda dari kitab atau buku yang lain, namun Alkitab sama seperti kitab yang lain, merupakan kata-kata manusia yang dapat dimengerti oleh manusia. Didalam semua sifat ke-Allah-an yang melekat padaNya, Allah berkenan dan memilih bahasa manusia untuk menyatakan diriNya pada manusia melalui Alkitab.

Allah selalu ingin berbicara kepada manusia, bergaul akrab dengan manusia. Sejak manusia pertama kali jatuh dalam dosa, Allahlah yang berinisiatif untuk mencari Adam. Dari zaman dahulu kala, Allah jugalah yang menyatakan diriNya melalui Nabi-Nabi, Raja-Raja, Hakim-hakim, dan melalui orang pilihan Allah. Tetapi saat ini Allah menyatakan dirinya secara langsung kepada setiap orang yang datang kepadaNya. Alkitab telah diberikan oleh Allah kepada kita, agar kita setiap saat dan setiap waktu dapat bertemu denganNYa. Itulah sebabnya kita harus menaruh hormat kepada Alkitab, sebagai Firman Allah yang hidup dan menghidupkan, yang didalamnya terdapat rahasia Allah, yang mau dinyatakan kepada manusia.

Kalau memang Alkitab adalah Firman Allah, tentunya kita harus memperlakukannya sebagai buku yang layak kita hargai dan selidiki apa hikmad yang terdapat didalamnya. Alkitab adalah buku kehidupan, dengan demikian jika kita ingin hidup tentunya harus mencarinya didalam Alkitab

Keunikan Alkitab
Alkitab adalah Kitab yang sangat unik dan mengagumkan. Ditulis oleh 66 orang yang berbeda secara sosial, budaya, pendidikan, latar belakang, dan juga dipisahkan oleh rentang waktu yang panjang sekitar 1200 tahun. Mereka tidak saling mengenal satu sama lain, tetapi merujuk kepada suatu oknum yaitu Yesus Kristus, dengan Integrasi yang tinggi kitab yang satu dengan kitab yang lainnya, dan memiliki suatu benang merah yang berkesinambungan, dan tidak pernah saling bertentangan.

Keunikan yang lain dari Alkitab adalah bahwa Alkitab dapat menubuatkan apa yang akan terjadi kedepan. Menunjuk kelahiran Tuhan Yesus, sejak manusia jatuh kedalam dosa di Taman Eden, berita tentang kelahiran Tuhan dari keturunan perempuan itu sudah dinubuatkan, juga tentang korban Yesus di kayu salib, telah diberitakan jauh sebelum hal itu terjadi (lihat juga Mzr 22 ; 2+19 ; Yes 42 ; 53 ; Mika 5 ; Zak 9 ; 9 ; Mat 21 ;5)

Dari fakta ini kita meyakini hanya karena Roh Allahlah yang mengilhami para penulisnya sehingga terdapat suatu Kitab yang sangat mengagumkan.

Pelita bagi kaki, terang bagi jalan
Suatu keyakinan yang pasti yang kita ketahui dari apa yang dialami oleh Daud ialah bahwa Firman Allah yang menjadi penuntun dalam segenap kehidupannya. “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. (Mzr 119 : 105)” Keyakinan ini lahir dari suatu pengalaman yang panjang bersama Allah. Dari Daud kita boleh belajar bahwa memang bersama Allah dengan FirmanNya kita boleh menjalani hidup kita dengan penuh tuntunan dari Allah dengan penuh kepastian kearah mana kita harus melangkah dan apa yang harus kita jalani kedepan.

Dari dasar inilah kita menyadari betapa pentingnya untuk selalu berada didalam hadirat Tuhan sepanjang jalan hidup kita agar kita menjalani hidup dengan arah yang tidak salah. (Band Ams 14:12)
Hal-hal yang penting dalam menggali Alkitab.
1. Lahir Baru
Penting untuk kita ketahui bahwa didalam menggali Akitab seseorang harus dilahirkan kembali dari Allah agar dapat melihat kerajaan Allah dan mengalaminya. Sebab tidak ada orang yang tahu dalam diri Allah, selain Roh Allah. (Yoh 3; 3 ; 1 Kor 2; 10-16 ; II Kor 3:14-18 ; Yes 29 ; 11-12).

2. Hidup Kudus
Hidup kudus adalah hal yang penting dalam kehidupan kita. Demikian juga didalam penggalian Alkitab, kita harus datang kepada Allah didalam kekudusan, agar Allah menyingkapkan isi hatinya kepada kita. “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan”. (Ibrani 12:14 ; )

3. Mencari dengan kerinduan yang dalam
Hal yang juga tidak kalah penting adalah semangat dan kerinduan kita untuk semakin mengenal Allah(Amsal 2:3-6).

4. Memohon dengan rendah hati agar Allah menyingkapkan isi hatiNya kepada kita.
Dalam menggali Alkitab ada dua metode yang kita kenal yaitu :
1. Metode Deduktif
Metode Deduktif ialah metode yang digunakan untuk menggali Alkitab dimana kita memasukkan ide-ide kita atau pendapat kita kedalam Alkitab. Dalam hal ini kita menggunakan Alkitab untuk melegitimasi pendapat kita seolah-olah pendapat kita benar dan didukung Alkitab.

2. Metode Induktif
Metode Induktif ialah metode yang digunakan untuk menggali Alkitab dimana kita membiarkan Alkitab berbicara kepada kita sesuai dengan data-data yang ada pada Alkitab itu sendiri. Dalam hal ini kita akan mengosongkan pikiran kita dengan ide-ide atau asumsi yang sudah ada atau pendapat yang sudah pernah kita dengar. Kita harus membiarkan Alkitab sendiri yang berbicara kepada kita. Kitalah yang akan mengajukan pertanyaan kepada nats yang sedang digali dan mengamati semua data yang ditampilkan.

Dalam pelajaran ini kita akan belajar bagaimana menggali Alkitab secara Induktif. Dalam menggali Alkitab secara Induktif kita mengenal tiga tahapan yaitu :

I. Observasi (pengamatan)
Observasi ialah tahapan pertama yang kita gunakan untuk menggali Alkitab dimana kita akan melihat, menelusuri, mencari data-data secermat mungkin. Pengamatan dapat dilakukan dengan membaca berulang-ulang teks yang sedang digali. Pertanyaan diajukan menyangkut :
- Waktu dan tempat ; kapan dan dimana
- Konteks : dalam kaitan mana ditulis. Menyangkut sejarah, sosial dan budaya dan politik.
- Latar belakang penulis : budaya, pendidikan, lingkungan.
- Isi : apa yang disampaikan.

Dalam tahapan ini pertanyaan yang biasa diajukan adalah :
- What ; apa yang terjadi?
- Who : pada siapa ?
- Whom : dengan siapa?
- When : kapan terjadi?
- Where : Dimana kejadiaanya?
- How : bagaimana hal itu terjadi?

Semakin dalam kita mengajukan pertanyaan dalam tahapan observasi, maka akan semakin banyak pula data yang dapat dikumpulkan, dan semakin baik pula kita menginterpre-tasikannya, yang pada akhirnya semakin baik pula aplikasi atau isi yang kita dapat. Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu kita lihat dalam observasi ini.

1. Konteks
Dalam penggalian Alkitab perlu kita melihat konteks dari apa yang kita gali. Hal ini perlu untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran. Ada kalimat yang mengatakan “Konteks kata adalah kalimat, konteks kalimat adalah paragraph, konteks paragraph adalah perikop, kontek perikop adalah pasal, konteks pasal adalah kitab, dan konteks kitab adalah Alkitab”. Hal ini harus kita pegang dengan teguh agar interpretasi kita tidak salah arah atau terjadi salah tafsir. Konteks yang perlu kita lihat dalan hal ini adalah :
a. Konteks ayat
Sesuatu ayat tidak boleh kita tafsir tanpa melihat apa yang menjadi konteks didalam perikop itu.
b. Konteks perikop
Sesuatu perikop juga tidak boleh boleh kita tafsir tanpa melihat apa yang menjadi konteks didalam perikop itu. Misalnya perikop sebelum dan sesudah perikop tersebut.
c. Konteks Pasal
Sesuatu pasal juga tidak boleh boleh kita tafsir tanpa melihat apa yang menjadi konteks didalam pasal itu. Misalnya pasal sebelum dan sesudah pasal tersebut.
d. Konteks Kitab
Sesuatu kitab juga tidak boleh boleh kita tafsir tanpa melihat apa yang menjadi konteks didalam kitab itu secara keseluruhan.
e. Konteks Alkitab
Konteks Alkitab secara keseluruhan perlu kita perhatikan agar segala sesuatu yang kita gali tidak salah dari konteks apa yang dimaksudkan oleh Alkitab.

2. Hubungan
Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa dalam PA suatu pengamatan tidak boleh berdiri sendiri tanpa ada konteks. Maka dalam PA kita harus selalu memperhatikan hubungan-hubungan dari perikop yang kita gali. Hubungan-hubungan itu adalah :
- Hubungan antar ayat
- Hubungan antar perikop
- Hubungan antar pasal
- Hubungan antar kitab
Langkah-langkah dalam Observasi
1. Amati teks dengan seksama. Baca berulangkali dan perhatikan.
2. Catat semua data dan fakta yang ditampilkan secara detail.
3. Perhatikan bentuk tulisan. Apakah surat, puisi, sejarah, biografi, perumpamaan, nubuat, Kitab khusus (Injil) dll. Pendekatan untuk tiap-tiap karakter akan berbeda-beda.
4. Perhatikan konteksnya, apa yang terjadi sebelum dan sesudahnya, juga perikiop sebelum dan sesudahnya.
5. Perhatikan pengertian dan isi yang ditampilkan dengan mempertanyakan :
- Siapa tokoh yang terlibat didalamnya.
- Apa yang dilakukan
- Bagaimana hal itu terjadi
- Dimana terjadi
- Bagaimana situasinya (penulis dan penerima tulisan)
- Apa implikasi sehingga dicatat demikian
- Kapan hal itu terjadi
- Apa kesimpulan dan maksud yang mau disampaikan.
6. Perhatikan dan pelajari Interaksi yang terjadi dalam perikop itu.
- Apa hubungan yang terjalin didalamnya
- Apa arti dari interaksi tersebut
- Apa implikasi dari hubungan-hubungan itu?
7. Perhatikan perikop tersebut, apakah fakta langsung (sesuai dengan yang tertulis) atau fakta tidak langsung (butuh imanjinasi untuk merekonstruksi kembali kejadian tersebut seolah-olah kita terlibat didalamnya).
8. Perhatikan bentuk penulisannya.
- Perhatikan tanda baca
- Kata yang berulang atau ide yang berulang
- Perhatikan penekanan kata-kata mis : aku berkata kepadamu ; sesungguhnya ; dll
- Lihat apakah ada proporsi yang lebih besar diberikan pada seseorang atau situasi.

II. Interpretasi (Penafsiran)
Tahapan selanjutnya dalam PA Induktif adalah Interpretasi (penafsiran). Dalam Interpretasi kita mau mencari makna dari sebuah teks melalui atau yang berasal dari data-data yang ada didalam observasi (pengamatan). Prinsip penafsiran seperti ini adalah untuk menemukan arti yang wajar namun jelas dari sebuah perikop agar kita tidak salah mennafsirkan Alkitab.

Hal yang paling baik adalah jika Alkitab sendiri yang menafsirkan Alkitab. Satu prinsip yang utama dalam penafsiran adalah harus dicapai suatu keharmonisan. Suatu penafsiran dari satu perikop tidak boleh bertentangan dengan penafsiran yang lain, karena Allah tidak mungkin bertentangan dengan diriNya sendiri.

Didalam Penafsiran Alkitab ada beberapa hal-hal yang prinsip yang harus kita perhatikan agar penafsiran kita sehat.
1. Menafsirlah dengan seharusnya dan sewajarnya
Dalam penafsiran Alkitab kita harus menafsir dengan seharusnya dan sewajarnya. Harus dihindari tafsiran yang dipaksakan atau ide yang dimasukkan kedalam penafsiran. Hal ini sebenarnya bisa kita lakukan jika kita melakukan observasi dengan baik. Tetapi menyangkut budaya, sosial, kondisi, dan kebiasaan tempat Alkitab ditulis kita memerlukan bantuan seperti Alkitab dalam versi bahasa yang lain. Juga perlunya bantuan kokordansi Alkitab, Ensiklopedi Alkitab, Peta, Kamus Alkitab, tafsiran dll. Tetapi yang terpenting dari semuanya adalah kedisiplinan kita untuk membaca Alkitab (Bible Reading.

2. Menafsirlah dengan rendah hati
Harus kita sadari bahwa Firman Allah tidak mungkin salah dalam penulisannya dan pengilhamannya. Tetapi tidak ada manusia Kristen, baik perorangan, kelompok, atau Gereja yang pernah dan akan pernah menafsir Firman Allah dengan sempurna tanpa kesalahan.

3. Memiliki sifat yang takluk dan tunduk dihadapan Allah.
Penafsir yang baik adalah pengarang buku itu sendiri. Jika Alkitab di Ilhamkan oleh Allah melalui Roh KudusNya maka kita yang mau menafsirkan Alkitab harus tunduk kepada Allah.

Kita harus mengakui ketidakmampuan kita untuk mengerti maksud Allah. Tetapi Allah telah mengaruniakan Roh Kudus kepada kita untuk mengajari kita tentang segala sesuatu. Dalam hal ini kita harus menyadari Allah menyinari setiap hati orang yang taat. Allah telah mengilhamkan Alkitab untuk bisa kita baca dan pahami, tentunya Allah juga mau kita mengerti maksud Allah melalui Alkitab.

III. Aplikasi (Langkah Konkrit/Penerapan)
Penerapan dan langkah konkrit adalah tahapan selanjutnya dari PA. Mengingat fungsi dan tujuan dari Alkitab seperti apa yang dinyatakan oleh Paulus, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (II Tim 3:16).

"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." (Luk 11:28).

Perlu kita pahami bahwa tujuan PA bukan untuk menambah pengetahuan kita, tetapi bagaimana kita melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tahapan ini kita perlu merefleksikan apa yang kita gali dan bagaimana kita melakukannya.
- Apa kata firman Tuhan yang kubaca?
- Apa artinya buat saya?
- Apa artinya buat orang lain?
- Apa yang akan kulakukan? (bersyukur, menyembah Allah, bertobat, dll)

Maka pada akhirnya kita akan disebut berbahagia jika kita mau memelihara serta mengamalkan Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”
(Mzr 1 ; 1 – 3)


Kepustakaan :
1. Stott, Jhon RW, Memahami isi Alkitab, PPA, 2000
2. Kennedy, James D ; Newcombe, Jerry, Bagaimana jika Alkitab tidak pernah ditulis ; Interaksara ; 1999
3. Sagala, Mangapul, Ir. M.Div, Petunjuk Prakatis menggali Alkitab, Perkantas.2001