Senin, 19 September 2016

Puncak Samosir



Puncak Samosir
Seperti tikar terbentang pada pesta akbar
Birumu sejauh mata memandang
Ikan-ikan menari, alam raya bersuling
Kilau airmu, ditingkah alammu

Modigliani kagum
Dia bawa ceritanya ke kampung halamannya
Di negeri pizza
Soekarno tersenyum
Di waktu pembuangannya

Sikulit putih dari Eropa datang
Simata sipit berkunjung
Dengan mulut termangu
Terdiam begitu lama,
Kagum  …….

Anak-anak gembira
Menyelam kedasarmu nan pensona
Mencari kepingan logam
Yang di lempar dan dilempar lagi para tamu
Bukit sekelilingmu dengan mesra
Berpegang tangan erat mengawalmu

Tapi…
Kontrasmu bisu
Di puncak Samosir
Keindahanmu buat hati pilu
Penghunimu tumbuh bersama gersang
Kekeringan dan kemiskinan
Menjadi teman yang akrab sepanjang musim
Engkau terasing dari dunia manusia
Sendiri bersama alam didalam gelap
Melalui malam bersama bunyi-bunyian sepi
Ditengah pokok kayu tanpa batang dan tanpa daun
Danaumu dipuncak menjadi kekeringan
Keserakahan membuatmu lara
Mereka tebang pohonmu
Tinggallah puing raksasa di puncakmu
Dari sebuah bongkahan retak sepanjang waktu

Anak-anak bermain gembira
Tak peduli tentang masa depan
Tumbuh besar bersama kehampaan
Tak ada mimpi tak ada asa
Dipuncak Samosir
Engkau tinggal lebih tinggi
Tetapi doamu tidak lebih dekat
Kekontrasanmu membuat hati pilu

Samosir, Mei 2004

Sajak kepada Janji



Sajak kepada Janji

Kemarin aku menemui kekasihku 
Menagih janji  yang diucapnya dulu…
Kepada alam dan segala mahluk …
Kepada Khalik dan kepada hidup …

Bukan sebab masih ada cinta …
Tetapi karena setia kepada janji itu …
Janji yang akhirnya ditertawakan …
Dan dianggapnya sampah …

Engkau masih memegang janji itu? Tanyanya …
Dengan raut wajah seolah mengatakan …
Betapa bodohnya engkau …
Dan betapa susahnya kamu mengerti …

Berulang kali sudah kebohongannya tersingkap …
Sifat yang mungkin takkan berubah …
Aku kembali pulang dengan pesan …

Akupun tak tahu …
Apakah cukup alasan bagiku menagih janji itu …
Tetapi kesetiaanku membangkitkan kejujurannya …

Aku ini wanita jalang …
Dengan raga yang tak utuh sudah …
Sebab para kekasihku dahulu …
Telah merenggut kehormatanku …


Desember 2009

Memaki Langit



Memaki Langit
Hanya kata-kata hambar saja …
Yang mampu kudendangkan untukmu …
Yang kuharap selalu tak lupa mencumbui …
Setiap kali sinarmu menyapa dilayar yang kutunggui setiap waktu …

Aku tak punya kata-kata lain yang layak kuungkapkan …
Selain kata-kata cinta yang terbaik …
Karya agung dari penyair termashyur …
Namun pesonamu menciptakan kebisuan …

Saat malam menjejak kuasanya …
Tak sabar aku menatap pagi …
Aku berharap merayumu lagi …
Dan menciumimu dari nadir jiwaku …

Dengan senyum tertahan …
Engkau menebar keindahan dan keanggunan…
Yang membuat keangkuhan tertunduk malu …
Lalu kubiarkan kebodohan menyapaku …

Kegilaan terjadi tanpa kuingini …
Ketika aku menyapamu melalui layar bisu …
Yang mampu membangkitkan khayalku …
Tentang keindahan yang kutahu semu …

Aku memaki nasib dan memaki langit …
Sebab kutahu tanganku tak mampu meraihmu …
Hatiku takkan sanggup mengitarimu …
Dan bibirkupun tak pandai merayumu …

Hanya keindahanmu membuat hati telanjang …
Dan pesonamu tak mampu memendam rahasiaku …
Lalu engkau berjuang tuk bersembunyi …
Dibalik sikap santun dan jauhnya mimpi …

Harap dalam ragaku mulai rapuh …
Layaknya debu dihambur angin …
Lalu aku mengetuk pintumu …
Kapan engkau akan membebaskanku …????

Oktober 2009

Memendam rasa



Memendam rasa
Terlalu santun rasanya …
Engkau membiarkan cinta berlayar tanpa pernah berlabuh …
Terbelenggu adat di benua mana kita dititipkan …
Dan dalam kodrat mana engkau diciptakan …

Engkau membiarkan rasa menari liar …
Tanpa pernah memberi isyarat pasti tentang cintamu …
Engkau pendam dalam sejuta gurauan …
Bersembunyi dibalik tali persahabatan kita …

Lalu aku berlalu seiring waktu …
Sampai tiba berita bahwa aku sudah dekat diujung jalan …
Satu babak sisi kehidupanku yang panjang …
Mengucap janji setia ….

Mengapa engkau tak mengucap rasa dengan jujur …
Tentang cinta yang singgah …
Semenjak kisah kesendirianku ku kisahkan kepadamu …
Agar aku melihatmu, setidaknya memikirkanmu …

Jika malam ini engkau berkata jujur …
Apa bedanya malam ini dengan malam sebelumnya..???
Walau kita terdiam nyaman dalam pelukan …
Bisakah ini membayar kemungkinan kita saling memiliki ???


Mari kita pulang ...!!!



Mari Pulang
Kita berdua saja yang tersisa digubuk kecil ini …
Sementara waktu beranjak lepas Isa …
Tempat yang biasa dihuni manusia-manusia terdesak syahwat …
Istri anak yang tak boleh tahu …

Engkau letakkan beban dipundakku …
Cerita tentang sesaknya dadamu berisi duka …
Bulir-bulir kesedihan mengalir dari matamu …
Kutampung dengan bibirku dan kusapa satu persatu …

Perlahan ada lagu dari nafasmu …
Engkau ternyata telah rebah pasrah …
Aku beranjak berlalu dari pelukanmu …
Jangan pergi saat ini, pintamu ...

Aku segera menyelesaikan tugas …
Untuk berlalu dari waktu ini …
Melaju cepat di jalanan …
Mari kita pulang …!!!

Oktober 2009