Senin, 03 Desember 2018

Ke-empat Fakta Injil

Pendahuluan 
Memberitakan Injil adalah Amanat Agung dari Yesus Kristus sebelum Dia naik ke sorga. Pemberitaan Injil adalah tugas semua orang percaya. Barangkali sudah sering kita mendengar dan mengucapkan apa yang menjadi fakta-fakta injil ini. Tetapi bisa saja kita tidak menyadari bahwa itu adalah fakta Injil, sehingga kitapun kurang dalam hal penekanan dan kadar dari masing-masing poin dari fakta tersebut.
Pentingnya memahami fakta Injil ini menyangkut eksistensi dari Injil tersebut dalam arti sebagai pemberita Injil sebaiknya kita harus mengetahui fakta agar berita Injil itu jelas dan lengkap. Pemberitaan Injil yang tidak lengkap akan berdampak bahwa Injil akan dipahami secara tidak lengkap juga. Atau dalam arti kasar bahwa Injil bisa ditangkap dan diterima orang tidak seperti dimaksudkan. Namun sayang sekali bahwa banyak orang yang mengaku pemberita Injil tidak memahami apa isi dari Injil tersebut. Ini adalah ironi dan anomali bagi seorang yang mengaku sebagai pemberita Injil baik sebagi Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) maupun dalam konteks penginjilan yang lain. 

Injil : Berita baik untuk keadaan yang memang buruk
Pekabaran Injil yang dalam bahasa Yunani disebut Zending, yang berarti berita kemenangan. Sedangkan orang yang membawa Zending (berita kemenangan) biasa disebut sebagai Evanggelist. Berita kemenangan adalah berita baik yang ingin didengarkan setiap orang. Namun yang menjadi persoalan adalah suatu berita dikatakan baik jika yang menerima berita menyadari berada dalam kondisi buruk.
Sebagai contoh, tawaran makan gratis akan menjadi berita baik bagi seorang pengemis yang sudah tidak makan berhari-hari. Tetapi berita yang sama akan menjadi berita buruk bagi orang yang baru saja pulang menghadiri pesta makan sepuasnya yang sangat nikmat. Bahkan itu bisa membuatnya merasa mual dan mau muntah. Disinilah letak pentingnya menjelaskan Injil secara lengkap. Dalam pemberitaan Injil keempat fakta diatas harus benar-benar di jelaskan.
Suatu berita Injil bisa menjadi sekedar cerita bagi seorang yang merasa tidak terlalu jahat-jahat amat pada masa kecil dan masa muda, sampai suatu penantangan dia dengarkan untuk menerima Kristus. Jika suatu berita Injil tidak lengkap maka bisa saja pemahaman orang akan kebutuhan Injil terletak pada bagaimana dia hidup sesuai dengan aturan atau menuruti Hukum Taurat. Dalam hal ini etika bisa dianggap sebagai andil untuk mendapatkan keselamatan. Sementara berita Injil mengatakan bahwa “semua orang telah melakukan dosa (Roma 3 ;23 )”
Maka dalam hal demikian Injil sebagai kabar baik akan menjadi tidak terlalu baik bagi orang yang memahami bahwa etika bisa memberikan keselamatan. Karena memang kita diselamatkan “bukan karena perbuatan baik yang kita lakukan (Titus 3 ; 5). Namun jika Injil tidak disajikan dengan tidak lengkap maka kasus-kasus seperti ini tidak jarang kita jumpai. Akibat dari pemberitaan Injil yang seperti ini adalah bahwa bagi orang yang mendengarkannya bisa menghargai Injil itu sebagai karunia murahan. Atau dalam bahasa Dietrich Bonhoeffer “tidak menghargai Kasih Karunia dengan benar”, yang pada gilirannya respon terhadap Kasih-Karunia itu juga rendah.
Oleh sebab itulah penegasan akan fakta-fakta Inijl didalam penginjilan sangat perlu agar status orang yang memang sama dihadapan Injil benar-benar dipahami sesuai dengan fakta itu sendiri. Bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan kehilangan Kemuliaan Allah, dimana “upah dosa adalah maut” adalah berita yang benar-benar buruk. Semua manusia tanpa terkecuali sedang dan menuju ke Neraka atau kebinasaan kekal. Dari kondisi inilah berita baik memang dibutuhkan. 

Pemberitaan Injil
Didalam amanat agung (Mat 28 ; 19-20) ada tiga pokok yang penting yang perlu kita perhatikan yaitu:
1. Menjadikan semua bangsa menjadi murid Kristus
2. Membaptis
3. Mengajar mereka melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan Tuhan Yesus kepada kita.
Pemahaman ini penting kita sadari bahwa pemberitaan Injil tidak cukup hanya penyajian Injil semata, tetapi juga ikut “Mengajar” dan juga “Menjadikan murid”. Disinilah amanat agung harus kita pahami dari ketiga pokok ini dengan tidak boleh mengerjakan yang satu, tetapi mengabaikan yang lain. Maka jika kita mau menggenapi panggilan amanat agung, tidak boleh tidak, kita terpanggil juga untuk menjadikan murid dan mengajar.
Dari kenyataan inilah bahwa Injil tidak boleh dilepaskan dari penjelasan intelektual. Mengajar dan menjadikan murid adalah bagian dari proses intelektual. Cerita Injil tidak boleh dijadikan cerita-cerita yang mengharukan dan menyedihkan untuk memancing respon seseorang secara emosional. Injil harus dijelaskan berdasar dari fakta-fakta yang dituliskan Alkitab.
Mempengaruhi seseorang secara emosional atau penekanan-penekanan pada situasi tertentu bisa membuat seseorang secara emosional menerima Kristus tetapi bukan sebagai Juruselamat, tetapi sebagai “juruselamat” dari kondisi-kondisi tertentu.
Sebagai contoh, jika seseorang dalam kondisi sakit, misalnya lumpuh, sakit kanker atau sakit yang lain, kemudian kita menawarkan bahwa Yesus adalah penyembuh yang ajaib, terbukti dari mujizat yang dilakukanNya, maka orang sakit ini akan dengan mudah mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi bukan sebagai Juruselamat dari dosa tetapi Juruselamat dari penyakit yang dia derita. Yesus diterima sebagai dokter hebat yang menyembuhkan, bukan Juruselamat dari segala dosanya.
Atau jika kita menawarkan Yesus kepada orang yang sedang bangkrut usahanya dengan mengatakan “jika kamu ikut Yesus, usahamu akan berhasil”. Dengan demikian kita sedang menawarkan Yesus sebagai juruselamat kebangkrutan, bukan sebagai juruselamat dari dosa.
Dalam kasus-kasus lain, menawarkan Yesus sebagai jawaban dari kondisi terkini seseorang, tanpa menjelaskan inti dan fakta Injil akan membawa seseorang kepada kondisi kebutuhan akan Juruselamat dari kondisi terkininya tetapi bukan juruselamat dari dosa-dosanya. Maju kedepan, mengangkat tangan, menangis untuk meresponi suatu penawaran untuk menerima Kristus sebagai juruselamat sudah sering kita saksikan, tetapi kita tidak boleh lupa atas kasus-kasus seperti diatas. Dan pemberitaan Injil tidak boleh berhenti sampai disitu, tetapi akan dilanjutkan dengan mengajar dan menjadikan murid, dengan menjelaskan fakta Injil. 

Fakta Injil
Belakangan ini Dunia dihebohkan dengan terbitnya Injil yang lain selain ke empat Injil yang ada dalam Alkitab yang sudah di kanonisasi. Injil Yudas di klaim sebagai Injil. Pada Gereja mula-mula ditemukan ada sekita 60-an buah Injil. Tetapi hanya ada 4 buah Injil yang disetujui masuk dalam Alkitab yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
Yang menjadi pertanyaan mengapa hanya 4 Injil yang masuk dalam Alkitab dan menolak yang lain. Mengapa juga Injil Yudas yang terbit tahun 2000-an ditolak dan tidak termasuk dalam Injil?
Paulus dalam surat-suratnya menjelaskan apa yang menjadi pokok dari fakta Injil. Dan berdasarkan itu juga kita boleh menerima atau menolak tulisan yang dianggap injil. Bahkan Paulus menegaskan bahwa jika ada orang yang mengabarkan Injil diluar yang dia beritakan maka terkutuklah dia. “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia” (Gal 1; 8) . 

Keempat fakta Injil menurut Paulus
1. Semua orang berdosa.
Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rom 3 ; 23). Fakta yang pertama dari Injil adalah kenyataan bahwa semua manusia telah berdosa. Fakta ini mempunyai implikasi baik muda, tua, kaya, miskin, pintar, bodoh, pemimpin, masyarakat biasa, atau siapapun dia yang mengaku sebagai manusia, telah berdosa. Ketika fakta ini diperhadapkan kepada manusia tidak bisa tidak, dia akan diperhadapkan pada situasi sangat buruk, sebab cepat atau lambat, neraka menjadi bagiannya. Karena upah dosa adalah maut (Rom 6;23). Siapa yang menolak mengakui bahwa dia berdosa adalah menipu diri sendiri (1 Yoh 1;8). 

2. Semua manusia telah terpisah dari Allah (mati).
Keterpisahan dari Allah adalah sebuah kenyataan yang sama saja dengan mati. Perhatikan penjelasan berikut ini. Mari kita menelaah proses penciptaan manusia dalam Kej 2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Perhatikan urutan tersebut diatas. “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah”. . Sampai pada tahap ini manusia dibentuk dari debu tanah walaupun sudah lengkap seluruh anggota tubuh tetapi manusia itu belumlah mahluk yang hidup, atau masih mati. Jadi dapat kita katakan manusia jika masih hanya mempunyai tubuh, belumlah mahluk yang hidup. Manusia dikatakan sudah mahluk yang hidup setelah hembusan nafas Allah. ….. dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Jadi tahap dimana manusia menjadi mahluk yang hidup adalah setelah hembusan nafas itu. Hembusan nafas, jika kita bandingkan dengan apa yang digambarkan dalam Joh 3 ; 8 adalah menunjuk kepada Roh Kudus. Inilah kenyataan yang harus kita pahami bahwa didalam proses penciptaan manusia, manusia dikatakan menjadi mahluk yang hidup jika ada Roh Allah didalamnya. Dari sini juga kita pahami bahwa memang pribadi manusia menjadi manusia tidak terlepas dari pribadi Allah yang berdiam didalam diri manusia itu.
Tetapi ketika manusia jatuh dalam dosa, kehidupan itu, yaitu Roh Allah yang ada dalam diri manusia telah keluar. Itulah sebabnya mempunyai tubuh dan jiwa, tetapi tanpa Roh Allah, manusia dikatakan mati atau dalam istilah lain manusia tanpa roh adalah bangkai-bangkai berjalan. Inilah yang dijelaskan paulus dalam Efesus 2, bahwa mereka telah mati walaupun kenyataanya mereka masih “hidup” di dunia.
Jadi keterpisahan dari Allah itu adalah bahwa Pribadi Allah yang Kudus melalui Roh Kudus tidak bisa berdiam lagi dalam diri manusia yang berdosa, seketika itu juga dikatakan manusia itu mati. Kondisi kematian ini hanya bisa diperbaiki dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang ketika percaya dimateraikan dengan Roh Kudus. Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.(Ef 1: 13).

3. Yesus telah lahir dan mati di kayu salib untuk menjadi tebusan bagi orang percaya.
Fakta Injil yang ketiga adalah, kelahiran dan kematian Yesus. Didalam 1 Kor 15 ; Paulus sangat jelas menuliskan fakta ini. “Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri (1 Kor 15 ; 1). Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci (1 Kor 15:3). Fakta akan kelahiran dan kematian Yesus di kayu salib adalah fakta yang membawa kita kepada kenyataan bahwa melalui korban Yesus di kayu salib, hukuman yang seharusnya di timpakan kepada kita, di pikulNya di kayu salib. Cawan yang menjadi simbol murka Allah (Wahyu 14 : 10 ; 15: 7) ; atas hukuman atas dosa-dosa manusia, harus di minumNya. Pengorbanan Yesus di kayu salib meyakinkan kita bahwa murka Allah yang seharusnya ditimpakan kepada kita telah dipikulNya di kayu salib. 

4. Yesus telah bangkit.
Fakta keempat dari Injil adalah Kebangkitan Yesus Kristus. Ini sangat penting, karena dengan kebangkitan Yesus dari kematian, kita juga yang telah mati dahulu yakin dan percaya bahwa ada kehidupan didalam Yesus. Paulus juga sangat menekankan sekali arti dari kebangkitan Yesus. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus--padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. (I Korintus 15:14-20).
Dari penjelasan diatas penekanan bagi kebangkitan Yesus penting, karena dengan demikian kebangkitan Yesus menunjukkan bahwa manusia yang telah mati akan dibangkitkan juga bersama-sama dengan Kristus. Bahwa kita adalah mati merupakan kenyataan, tetapi kehidupan juga adalah kenyataan didalam Kristus.
Kebangkitan mempunyai arti besar kepada para murid, karena melalui kebangkitan Yesus, mereka diubahkan secara radikal. Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Lukas 24:45), Pikiran mereka terbuka akan Kitab Suci dan mempunyai semangat yang berkobar-kobar untuk memberitakan Injil. Sejarah mencatat, setelah kebangkitan Yesus, para murid dengan berbagai latar belakang, dari peragu, pengecut, kurang trampil ternyata pada akhirnya bekerja luar biasa bagi Kristus, mati sebagai martir tanpa ada rasa takut. Kebangkitan Yesus membawa pengertian baru bagi para murid. Masa depan Gereja diletakkan diatas pundak 11 orang yang pada awalnya tidak bisa diandalkan, tetapi melalui kebangkitan Yesus, mereka telah menunjukkan bagaimana cara mengikut Kristus dan bagiamana memaknai kebangkitan Yesus.
Itulah sebabnya, kebangkitan Kristus seharusnya menginspirasikan setiap orang yang mendengar Injil untuk memiliki pemahaman yang baik dan semangat yang berkobar-kobar bagi Kristus.
Sifat Allah yang menolong kita memahami Fakta Injil
Penjelasan akan Fakta Injil tidak bisa dipahami dengan lengkap tanpa mengenal Allah. Itulah sebabnya setiap kita memaparkan Injil, kita juga harus bertolak dari pribadi dan sifat-sifat Allah. Empat sifat Allah yang menolong kita memahami fakta Injil.










Pemaparan sifat-sifat Allah dalam mengemukakan fakta injil membuat injil itu adalah realita, masuk akal, bukan teka-taki dan bukan rahasia. Disini akal dan pikiran manusia dilibatkan. Dengan demikian respon yang lahir dari kesadaran sendiri yang mengharapkan keselamatan dirinya dapat didapat secara lengkap. Dari penjelasan ini fakta injil yaitu : dosa, keterpisahan (mati), penebusan dan kebangkitan bertolak dari sifat-sifat Allah. Ketika seseorang diperhadapkan kepada penciptanya, dari sana ia mendapati keadaan dirinya, yang memang membutuhkan keselamatan. 

Penyajian yang lengkap
Tugas kita dalam penginjilan adalah menolong orang supaya dengan jelas memahami kondisi rohaninya. Maka semua pengijilan harus berpusat pada sifat-sifat Allah dan kondisi rohani manusia. Sering sekali kita menemukan berbagai latar belakang orang masuk ke dalam kelompok kecil atau mengikuti kebaktian. Kondisi psikologi dan kondisi kontemporer orang tersebut melatarbelakanginya untuk kegiatan. Penawaran mujizat kesembuhan sangat sering di obral. Kebaktian dengan iming-iming kesembuhan Ilahi sering di promosikan. Dengan kondisi seperti itu tidak sulilt bagi seseorang untuk mau menerima Kristus. Tetapi sayangnya mereka menerimanya sebagai Juruselamat dari kondisinya, bukan Juruselamat dari sisi manusia yang paling dalam, paling celaka dan paling gelap yaitu dosa.
Dikemudian hari ketika mereka menghadapi masalah, merekapun mempertanyakan gunanya mereka menerima Kristrus, roh mereka juga mengalami masalah. Dia mengira bahwa dia sudah diselamatkan dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dari kondisinya tetapi bukan dari dosanya. Barangkali kita juga begitu, karena kita telah menyaksikannya maju kedepan, mengangkat tangan, kita mengira bahwa dia sudah menerima Kristus dan sudah diselamatkan.
Itulah sebabnya didalam penginjilan, penting sekali memaparkan Injil secara lengkap dan seimbang, yang bertolak dari sifat-sifat Allah, agar sebisa mungkin menetralkan suasana, mengikis motivasi seseorang menerima Kristus tetapi bukan untuk juruselamat dari dosanya tetapi “juruselamat” dari situasi. Padahal Yesus dengan jelas sekali menyatakan Dia datang hanya untuk dosa-dosa manusia. “Sebab Anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Luk 19;20).

Poltak Marbun

Kepustakaan
Leigh W. Ronald : Melayani dengan Efektif , BPK , 1996