Kamis, 29 Desember 2011

SOTERIOLOGI

Pendahuluan
Soteriologi berasal dari dua kata Yunani yaitu : “Soteria” dan “Logos” yang berarti “Doktrin Keselamatan. Doktrin Keselamatan merupakan bagian Ilmu Theologi yang mempelajari tindakan/cara Allah dalam penebusan/pembebasan manusia dari dosa.

Sepanjang sejarah manusia berbagai cara dilakukan Allah untuk menyelamatkan manusia. Perjanjian Lama mencatat bahwa cara penyelamatan yang dilakukan oleh Allah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui Bapa leluhur, Hakim, Imam dan Para Nabi (Ibr 1;1-2). Namun berbagai tindakan Allah yang dicatat oleh Alkitab untuk menyelamatkan manusia tidak mampu memberikan penyelamatan penuh. Dan yang terakhir adalah Karya Kristus di kayu salib sebagai penggenapan dari segala sesuatu dari cara Allah untuk menebus manusia yang berdosa. Karya keselamatan yang dilakukan Allah di mulai sejak manusia berdosa pertama kali di Taman Eden.

Manusia Berdosa.
Kalau kita berbicara mengenai keselamatan maka yang pertama yang menjadi pertanyaan adalah keselamatan dari mana. Maka jawaban yang kita berikan adalah jawaban pasti yaitu keselamatan dari dosa. Sejak kejatuhan manusia kedalam dosa melalui manusia pertama yaitu Adam, manusia sudah mati seperti yang difirmankan Allah, “sebab pada hari engkau memakannya pastilah kamu mati” (Kej. 2;18).

Akibat dari dosa Adam yang pertama adalah kematian yaitu keterpisahan dari Allah. Keterpisahan ini menyangkut :
1. Keterpisahan antara roh dan tubuh.
2. Keterpisahan dari Allah (kematian Rohani).
3. Keterpisahan dari Allah selama-lamanya.

Akibat dari dosa ini maka tujuan Allah untuk menciptakan manusia tidak tercapai. Banyak theolog yang menyatakan bahwa tujuan dari karya Allah bukan penyelamatan, karena manusia diciptakan bukan untuk diselamatkan tetapi untuk memuliakan Allah (Kol 1;16, Rom 11;36). Namun karena manusia sudah jatuh dalam dosa maka Allah membuat cara tersendiri secara terus-menerus untuk menyelamatkan manusia. Sejak manusia jatuh kedalam dosa banyak cara yang dilakukan Allah untuk menyelamatkan manusia dan puncak dari Karya keselamatan ialah Karya Kristus di kayu salib.

Perjanjian Lama
Janji keselamatan yang diadakan oleh Allah menyangkut tiga ruang lingkup yaitu : individu (perseorangan), umat Allah, dan Dunia. Perjanjian Lama mencatat bahwa cara penyelamatan yang dilakukan oleh Allah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui Bapa leluhur, Hakim-Hakim, Imam dan Para Nabi. Israel menjadi Umat pilihan Allah untuk menyatakan keselamatan kepada Dunia. Sejarah Israel mencatat bagaimana campur tangan Allah untuk menyelamatkan umatNya baik dari penyakit-penyakit, malapetaka fisik, aniaya dari musuh dan bahaya maut juga karya Allah bagi peyelematan Israel dari perbudakan Mesir. Israel telah dipilih agar keselamatan yang dari Allah sampai ke ujung bumi (Yes. 49:6). Tetapi sejauh itu pula manusia tetap gagal yang digambarkan dengan kegagalan Israel untuk menjadi jalan keselamatan bagi umat manusia.

Hukum Tauratpun ternyata tidak bisa menyelamatkan manusia karena ketidak mampuan manusia untuk melakukan tuntutan Allah melalui hukum Taurat.(Rom. 7;15+118-19). Ketidak mampuan manusia untuk melakukan Hukum Taurat pada akhirnya menuntut adanya penebusan yang dilakukan Allah sendiri. Salib adalah jawabannya. Dan inilah yang sudah dinubuatkan oleh para Nabi tentang tokoh Illahi yang menjadi manusia untuk melakukan sendiri penyelamatan kepada manusia mulai dari kelahiranNya (Mika 5;1), Penderitaanya (Yes; 53;3-9), KematianNya (Mzr 22:2) KebangkitanNya (Yun 1:17 Band. Mat. 12;40) dan juga KerajaanNya yang kekal selamanya (Dan 7; 13-14).

Perjanjian Baru
Perjanjian Baru memberikan gambaran tentang penggenapan dari apa yang ditulis dalam Perjanjian Lama. Mesias menjadi penggenapan apa yang dinantikan menyangkut campur tangan Allah dalam menyelamatkan manusia. Namun didalam Perjanjian Baru Keselamatan yang akan dilakukan oleh Yesus menunujuk keselamatan dari dosa. PB menunjukkan dengan jelas keterbu-dakan manusia oleh karena dosa, bahaya dan akibat dari dosa itu sendiri yaitu maut (Rom 6; 23).

Mengacu kepada Roma 3;8-10+23 bahwa semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan Kemuliaan Allah. Kondisi manusia itu tidak seperti yang dimaksudkan oleh Allah waktu menciptakannya. Rupa dan gambar Allah pada diri manusia sudah tercoreng-moreng. Dosa bersifat universal, menyangkut geografis termasuk individual manusia baik kepribadian ataupun eksistensi manusia. Kerusakan akibat dosa terjadi secara total(1) termasuk didalamnya alam semesta (Kej 3;17-18; Roma 8;19-22). Oleh karena itu manusia tidak akan mungkin menyele-matkan diri sendiri (Ef 2; 8-9). Maka PB dengan jelas menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling utama adalah keselamatan dari akibat dosa yaitu maut.

Keselamatan dalam Perjanjian Lama
Keselamatan dalam Perjanjian Lama selalu didasarkan pada anugerah Allah, walaupun dalam beberapa bagian menitikberatkan bahwa keselamatan lebih mengandalkan peranan Hukum. Bahwa keselamatan datang dituntut dari bagaimana seseorang hidup secara sempurna dihadapan Allah (Roma 10;5, Im. 18;1-5). Hukum Taurat diberikan Allah kepada Israel sebagai penuntun (Gal3;24) agar Israel tidak malanggar Hukum Allah.

Namun biar bagaimanapun keterbudakan manusia terhadap dosa pada akhirnya tidak dapat memenuhi apa yang dituntut dalam Hukum Taurat. Hukum Taurat menuntut adanya korban penebus dosa. Dalam hal ini Allah turut campur tangan bagaiamana tata-cara agar manusia dapat memperoleh pengampunan dari Allah melalui korban-korban yang dipersembahkan (Imamat 3-7).

Keselamatan dalam Perjanjian Lama diluar Israel
Hukum Taurat diberikan kepada Israel sebagai umat pilihan Allah. Lalu bagaimana dengan bangsa lain yang bukan Israel dan tidak mengenal Hukum Taurat? Melalui apakah keselamatan datang kepada mereka? Atau diluar Yahudi yang memegang Hukum Taurat, apakah tidak ada keselamatan bagi bangsa lain yang bukan Yahudi?
Paulus memberikan penjelasan mengenai hal ini. Roma 2; 12-16 mencatat beberapa hal :
1. Semua orang yang berdosa tanpa Hukum Taurat akan binasa tanpa Hukum Taurat (ayat 12)
2. Mereka menjadi Hukum Taurat bagi diri mereka sendiri (ayat 14).
3. Isi Hukum Taurat ada tertulis dalam hati mereka dan suara hati turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh dan saling membela (15).

Keselamatan dalam Perjanjian Baru
Dalam PB setelah zaman Injil (setelah kelahiran Yesus Kristus) keselamatan datang oleh Kasih Karunia karena Iman (Ef 2; 8-9). Keselamatan datang bukan lagi karena melakukan tuntutan Hukum Taurat tetapi karena percaya Pengorbanan Kristus dikayu salib sebagai korban penebus dosa (Roma 10;9,Ef. 2;14-16). Yesus adalah jalan satu-satunya yang ditentukan Allah untuk kembali kepada Allah (Yoh 3;16. Kis 4;12).

Perjajian Baru dan Hukum Taurat
Jika manusia diselamatkan bukan karena melakukan Hukum Taurat tetapi oleh karena Iman. Lalu bagaimanakah dengan Hukum Taurat sendiri? Tuhan Yesus Kristus adalah penggenapan Hukum Taurat. Bagaimanakah dengan Israel yang memiliki Hukum Taurat? Hukum Taurat sudah “digenapi” oleh Yesus Kristus dengan demikian Hukum Taurat dinyatakan tidak berlaku lagi menjadi jalan keselamatan (Ef 2;15-16). Tidak (akan) ada (lagi) yang dibenarkan karena melakukan Hukum Taurat. (Roma 3;28 ). Dengan demikian di dalam PB keselamatan datang berdasarkan Injil Kasih Karunia Allah oleh karena iman kepada Yesus Kristus (Ef 2;8-9). Termasuk dalam hal ini Israel sebagai tempat Hukum Taurat diberikan tidak akan dihakimi lagi berdasarkan Hukum Taurat tetapi oleh Injil. (Rom 9-11, Gal 3; 5 )

Permasalahan yang timbul
1. Manusia dizaman Injil namun belum mendengar Injil
Namun bagaimanakah dengan manusia yang hidup dizaman Injil (setelah kelahiran Yesus Kristus), namun mereka belum pernah mendengarkan Injil? Penjelasan mengenai hal ini tidak secara jelas ditunjukkan oleh Alkitab. Namun menurut pemahaman penulis menyangkut manusia diluar Israel yang tidak memiliki Hukum Taurat, hati mereka sudah menjadi Hukum Taurat bagi mereka. Maka sebelum mereka mendengar Injil namun mereka hidup dizaman akhir (setelah kelahiran Yesus Kristus), maka keselamatan ada pada mereka melalui melakukan “Hukum Taurat” yang ada pada hati mereka.

2. Anak-anak yang belum bisa memiliki iman tersendiri.
Permasalahan kedua adalah bagaimana dengan anak-anak yang tidak mungkin memiliki iman tersendiri? Alkitab juga tidak secara jelas memberitahu mengenai hal ini. Dan memang perdebatan para theolog cukup alot mengenai hal ini.
a. Bagi orang Calvinisme yang menganut bahwa keselamatan adalah menurut Pilihan Allah (Predestinasi) maka keselamatan anak-anak adalah menurut pilihan Allah sendiri. (tetapi bagaiamana dengan dosa keturunan yang sampai pada keturunan ketiga dan keempat?)

b. Theolog yang lain memiliki pemahaman bahwa Keselamatan bagi anak-anak adalah menurut iman orangtuanya. Ketika orangtuanya sudah diselamatkan maka anak-anaknya juga sudah diselamatkan, karena Dosa keturunan tidak ada lagi pada anak itu. Maka anak tersebut diselamatkan menurut iman orangtuanya.(2)

* Bagaimana dengan anak-anak yang tidak memiliki Hukum Taurat dan juga tidak memiliki Injil?

Jaminan Keselamatan
Menyangkut jaminan keselamatan ada perbedaan diantara theolog. Ini erat hubungannya dengan Doktrin manusia. Pemahanan sesorang tentang doktrin manusia sangat mempengaruhi pemahamannya tentang keselamatan. Kaum Remonstran yang lebih dikenal dengan aliran Armenian menganut bahwa keselamatan dapat hilang. Ini didasari doktrin manusia yang mereka pahami bahwa kerusakan manusia adalah sebagian saja, tidak total. Sehingga seseorang memperoleh keselamatan adalah pertemuan tawaran Allah akan keselamatan dan kehendak bebas manusia yang menginginkan keselamatan. Menurut pemahaman mereka bahwa manusia juga turut mempunyai andil didalam keselamatan mereka yaitu kemauaan untuk kembali kepada Allah. (Band. Luk. 15, anak yang hilang).

Pemahaman seperti diatas mempengaruhi pemahaman tentang keselamatan bahwa manusia juga bisa menolak keselamatan yang mereka miliki karena merupakan kehendak bebas. Dengan demikian keselamatan dapat hilang atau manusia dapat mengudurkan diri dari keselamatan yang dia miliki (Band. Ibr;10;38)

Kaum Calvinis mempunyai pemahaman yang berbeda dalam doktrin manusia bahwa manusia setelah jatuh dalam dosa maka terjadi kerusakan total, sehingga manusia tidak mungkin menyelamatkan diri sendiri, bahkan manusia tidak menghendaki, memikirkan keselamatan diri sendiri (Band. Roma 7;19+21-23).

Pemahaman ini pada gilirannya mempengaruhi pemahaman mereka bahwa keselamatan adalah murni prakarsa Allah. Faktor utama yang menentukan siapa yang akan diselamatkan adalah kedaulatan Allah dan anugerah Allah. Manusia tidak mempunyai andil didalam keselamatannya. Dengan demikian karena keselamatan adalah prakarsa Allah maka Allah tidak akan membiarkan kaum pilihan-Nya kehilangan Keselamatan mereka. Karena dasar dari jaminan keselamatan mereka adalah pegangan Allah terhadap mereka bukan bagaimana mereka bergantung kepada Allah (Roma 8:38-39, Yoh.10;28)

Proses dalam Keselamatan
Proses seseorang diselamatkan telah menjadi perdebatan beberapa Theolog. Sebagian Theolog mengatakan bahwa proses Keselamatan adalah sebuah proses berurutan, yang mana satu dengan yang lainnya adalah sebuah keteraturan yang tidak bisa di bolak-balik. Penganut paham ini adalah terutama dari kalangan Gereja Pentakosta. Sebagai contoh Regenerasi (Kelahiran Kembali) - Konversi (Iman dan Pertobatan) - Pembenaran (Status baru) - Pengudusan (Pembaruan progresif) - Ketekunan (Pembaruan yang tetap) menurut mereka adalah sebuah urutan yang tetap.

Sebagian Theolog mengatakan bahwa proses keselamatan adalah sesuatu proses yang utuh. Bahwa Keselamatan tidak boleh dipikirkan sebagai serangkaian langkah-langkah yang bertahap dimana langkah yang satu menggantikan langkah yang sebelumnya, namun terjadi secara simultan dan terintegrasi satu sama lainnya. Urutan-urutan memang penting tetapi harus ditegaskan bahwa urutan tersebut tidak menggambarkan urutan yang berhubungan dengan waktu atau saat-saat dimana proses pertama terjadi dulu baru dilanjutkan dengan proses berikutnya.

Regenerasi (Kelahiran Kembali)
Telah disinggung diatas bahwa tujuan dari penciptaan manusia bukanlah untuk diselamatkan, melainkan kita diselamatkan agar kita menjadi seperti maksud penciptaan semula untuk memuliakan Allah. Namun ‘natur” manusia, seluruh keberadaan manusia sudah berdosa, maka untuk kembali seperti yang dimaksudkan Allah harus diciptakan kembali dari kondisi yang lama. Barang siapa yang percaya kepada Kristus adalah ciptaan Baru, yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang. Maka untuk ‘proses’ menjadi ciptaan baru haruslah melalui kelahiran kembali (Yoh 3; 5 ; Band Kej. 2;9).

Pengertian lahir baru (regenerasi) harus dilihat dalam perspektif yang lebih luas yaitu menyangkut pembaharuan secara totalitas didalam pengudusan dan konversi kehidupan dari yang mati menjadi hidup, dari seteru menjadi mempunyai hubungan yang hidup dengan Allah. Harus kita ingat bahwa kelahiran kembali yaitu masuknya keselamatan dalam hidup kita adalah benar-benar pembaruan, adanya suatu ciptaan baru, adanya kehidupan yang baru. Dengan demikian bahwa lahir baru benar-benar menjadi suatu kepastian bagi kita bahwa kita masuk menjadi warga kerajaan Allah, yang namanya ada terdaftar disorga (Luk 10;20)

Kelahiran kembali adalah syarat penting untuk memperoleh kehidupan kekal. Jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh (Yoh. 3;3-6). Manusia telah mati dalam kedagingannya, maka ia perlu untuk dilahirkan kembali dari Roh. Amal, agama, usaha memperbaiki diri sendiri, menjadi anggota Gereja tidak akan dapat membawa seseorang kepada keselamatan (Titus 3;3-5).

Konversi (Iman dan Pertobatan)
Secara singkat Konversi dapat didefenisikan sebagai tindakan manusia yang dilakukan secara sadar yang telah mengalami kelahiran Kembali dimana dia telah berpaling kepada Allah dari dosa-dosanya (Ef 2;1-4). Konversi ialah sikap berbalik dan mengarahkan diri kepada Allah dan membelakangi (menjauhi) dosa. Iman dan pertobatan adalah dua aspek dari konversi yang merupakan bukti yang kelihatan atau buah dari kelahiran kembali. Iman dan pertobatan adalah suatu aspek esensial dan suatu keharusan didalam keselamatan.

1. Iman
Iman adalah komponen yang sangat penting dan esensial dalam proses keselamatan. Penulis Ibrani sangat banyak menyinggung mengenai Iman. Paulus dalam Roma 10;9 menyatakan bahwa Iman adalah sarana yang olehnya kita diselamatkan. (Band.(Ef 2;8-9). Iman adalah karya luar biasa yang dituntut Allah dari manusia untuk mempercayai Allah dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita (1 Yoh 3;23-24).

2. Pertobatan
Fakta penting didalam Alkitab yang harus kita ketahui adalah panggilan untuk bertobat. Pertobatan adalah pesan yang universal didalam Perjanjian Baru (Luk 3;3). Pertobatan adalah sikap menyesal akan dosa-dosanya yang dinyatakan oleh terang Firman Tuhan sehingga dengan sadar dia mau mengubah cara berpikir, sikap dan hatinya berbalik kepada Allah.

Justification (Pembenaran)
Didalam surat-suratnya Paulus sering menyinggung masalah Kebenaran. Didalam Rom 5;1 Paulus menulis “Sebab itu, kita dibenarkan karena iman …. Bagaimanakah Kebenaran Allah berlaku bagi manusia sehingga dengan iman dapat diselamatkan? Bagaimanakah Kebenaran Allah bisa memerdekakan? (Yoh.8;32). Didalam Yoh 14;6 Yesus juga menyatakan Aku adalah jalan dan Kebenaran dan hidup. Apakah yang dimaksud dengan kebenaran Allah? Kebenaran yang diamaksud disini ialah tindakan Allah didalam Yesus Kristus untuk menebus dosa manusia. Kebenaran Allah menyangkut aspek :

1. Hukum : Allah menerima kita seperti (seolah-olah) kita sudah memenuhi kewajiban hukum yang dituntut oleh Hukum Taurat. Murka Allah yang seharusnya ditimpakan kepada kita ditimpakan kepada Dia yaitu Yesus Kristus. (Yes 53;3-11)
2. Moral : Allah mengubah kita melalui pekerjaan Roh Kudus sehingga dimampukan untuk memenuhi Hukum Allah (Yoh 14;26: 16;4b-15)

Dengan demikian melalui iman kepada Allah mengacu kepada dua aspek diatas, Iman kepada Allah dapat membenarkan kita. Kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah (Roma 5 ; 9).

Pengudusan
Pengudusan adalah karya anugerah dari Roh Kudus, yang melibatkan tanggungjawab kita untuk berpartisipasi. Pengudusan adalah pekerjaan Roh Kudus yang melepaskan kita dari pencemaran dosa, memperbaharui seluruh keberadaan kita dan memampukan kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Pengudusan menyangkut membersihkan kita dari pencemaran dosa, menceraikan kita dari yang jahat. Pengudusan dari dosa yang dimaksudkan adalah pengudusan (penyucian) dari kondisi kita yang layak untuk menerima hukuman dan murka Allah karena pelanggaran yang kita lakukan terhadap hukum Allah.

Perlu dijelaskan bahwa pengudusan yang membawa kita mampu untuk melakukan kehendak Allah tidak boleh kita maksudkan sebagai sarana untuk mendapatkan keselamatan tetapi melalui pengudusan itu kita mampu untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik (Ef 2;10). Perbuatan baik itu dideskripsikan sebagai buah dari keselamatan kita.

Pola dari pengudusan
a. Memisahkan diri dari yang najis (II Kor 6;17)
b. Mempersatukan diri dengan kematian dan Kebangkitan Kristus (Gal 2;20)
c. Menyerahkan dan mempersembahkan diri kepada Allah (Rom 12;1-2).
Pengudusan merupakan sesuatu yang secara jelas dan pasti yang berlangsung secara terus menerus.

Kepustakaan :
1. Evans, Tony, The Best is yet to Come, Gospel Press, 2002
2. Harold Freigh, Delapan Tiang Keselamatan
3. Billy Graham, Bagiamana Dilahirkan Kembali, Lembaga Literatur Baptis
4. Billy Graham, Damai Dengan Allah, Lembaga Literatur Baptis


Bahan CPKK PD. Maranatha 2006 n P3KS 2010
1 Agustinus mengatakan Kerusakan total (Total depravity), Pelagius mengatakan hanya kerusakan sebagian. (sedikit).


(2)Dalam Baptisan HKBP/Gereja Lutheran dalam acara Baptisan bahwa dasar Baptisan adalah iman orang    tuanya. Pada acara tersebut ada kalimat yang ditanyakan Pendeta kepada orangtua anak yang akan di baptis “ Naeng dipangido roham nuaeng naeng didion dakdanakon tu na hinaporseaanmu ..............? ”Sai diramoti Tuhan Debata ma ho di habobongotmon tu harajaonNa.”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar